"Love more and more, and don't think it will ever turn less" - Kim Taeyeon

Friday 25 November 2011

Paus dan Mobil Mewah



terima kasih teman sekelasku, atas kalimat-kalimatnya yang indah ini.

"masih banyak ikan di laut!", ia berkata kepadaku. seakan memancing adalah hal yang mudah. seakan jala tidak pernah mencabik rumput laut. "namun, hanya ada beberapa ikan paus di samudera!", sangkal diriku yakin. mungkin mencari ikan memang mudah. tengoklah, yang aku cari adalah paus, bukan ikan biasa.

ia terdiam
aku menunggu dirinya.

lalu ia berkata kepadaku, "tahukah kamu kalau ia terbiasa menaiki becak, ojek, dan metro mini?". kini akulah yang terdiam. apa hubungan antara paus dan angkutan umum? belum sempat aku bertanya, ia kembali berbicara kepadaku,
"kau lebih dari sekedar hal itu!"
"kau itu ferrari, lamborghini, atau semacamnya!"
"ia tidak terbiasa menaiki semua itu, kau terlalu spesial, ia tidak pernah ingin melukaimu!"
"tidak ada orang yang ingin mencabik mobil mewah mereka"

aku terdiam. ingin menyangkal bahwa diriku bukanlah ferrari atau lamborghini. aku tidak pernah merasa mewah. aku tidak pernah ingin terlihat angkuh.
aku pun sudah terluka, sudah tercabik. jelas aku bukan ferrari. aku bukan lamborghini.

"kau tidak suka ferrari? kalau begitu pilih mobil yang kau sukai!", ia bertanya kepadaku. aku menjawab dengan penuh rasa malu, "aku ingin menjadi vw combi. ia terlihat tegar walau tercoreng, dan bangga dengan orang-orang di dalamnya". "jadilah kau vw combi yang berharga!", sahutnya penuh antusias. dan rasa percaya diriku mulai bangkit. semua orang adalah mobil mewah bagi seseorang yang mereka sayangi. aku adalah mobil mewah bagi seseorang yang aku sayangi. diriku spesial. dirinya juga spesial. semua spesial.

"namun kau juga belum menyadari sesuatu", kicaunya terdengar lagi. aku menunggu ocehannya. "ia adalah pausmu yang berharga. ia unik. ia bukan ikan. ia adalah paus!" mungkin memang benar. mungkin aku memang telah menemukan paus di antara jutaan ikan yang biasa itu.

"ya, mungkin dia memang pausku!"
"tapi apakah kau tahu, paus itu telah menyelam terlalu dalam! menyelam menuju hitamnya lautan! terlalu dalam, sampai aku tidak dapat melihatnya lagi!"

ia kembali terdiam. ia mengerti betul apa yang aku rasakan.

aku sudah tidak dapat melihat pausku lagi. aku tidak dapat mengenali dirinya lagi.
bahkan terasa sulit untuk mengenang apa yang telah aku lewati bersamanya. terlalu pahit.
pausku menginggalkanku bersama ikan-ikan lainnya. meninggalkanku pada guncangan ombak kehidupan.

"tapi..." ia mulai mengoceh lagi, air mataku mulai menggenang, "...tapi kau juga tahu betul bahwa pada akhirnya paus itu akan kembali ke permukaan. ia akan ke permukaan untuk menghirup udara. ia tidak dapat menyelam tanpa udara" aku tentu setuju akan hal itu. "kau adalah udara itu! mungkin kau belum menyadarinya, namun seberapa dalampun pausmu menyelam, ia akan kembali menghirupmu! ia tidak dapat hidup tanpamu! harus denganmu!".

aku menangis. entah aku setuju akan pernyataan itu, atau terlarut dalam pahitnya kenyataan. kapan ia akan menghirupku lagi? kapan ia akan menyadari bahwa aku adalah bagian dari dirinya?

"terima kasih atas semua kata-katamu yang berharga itu", kataku dalam isak tangis. ia tersenyum. ia membiarkanku terlarut dalam kata-katanya.

dan larut malam menarikku menuju indahnya pulau impian.
aku telah hilang dilahap samudera kehidupan, lalu aku bangkit atas kalimat-kalimat itu.
permukaan adalah tempat aku menunggu.