"Love more and more, and don't think it will ever turn less" - Kim Taeyeon

Monday 26 September 2011

Morning Dew

     musik sering kali saya gunakan untuk penyemangat di pagi hari. hari baru membutuhkan pandangan baru. terkadang kita lupa untuk menyambutnya dan terperangkap pada gelapnya malam. di sini saya punya sederetan lagu yang akan menemani saya menyambut pepohonan dan bias cahaya pagi. lagu-lagu ini dapat membuat saya semangat. mengingatkan saya akan hebatnya dunia. betapa perkasanya alam. betapa indahnya kehidupan.

dan pagi memberikan cahaya keemasan untuk kita raih. sia-sia manusia yang melupakannya. 

1. Dear Prudence oleh The Beatles


     saya selalu memiliki kesenangan yang medalam ketika mendengarkan lagu ini. lagu ini selalu mengajak untuk bermain. melihat cerahnya hari. belajar untuk menyambut hari-hari yang baru. mengetahui bahwa saya, kamu, manusia merupakan anugerah dunia. belajar untuk tidak melupakan alam. tersenyum ketika menghadapi sesuatu, menerima sesama. lagu ini cukup hebat dalam membangkitkan semangat di pagi hari. liriknya mudah dipahami dan tidak bertele-tele. The Beatles adalah band pengubah dunia. mereka dapat mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan. memberikan pandangan baru akan kehidupan. bagaimana pohon menari dan angin bercanda ria. bagaimana cahaya menggelitik dan air tertawa bersamanya.


2. Every Teardrop Is A Waterfall oleh Coldplay

 
      Coldplay selalu mempunyai pandangan hebat dalam menyibak arti kehidupan. 'Every Teardrop Is A Waterfall' sukses membuat saya kagum akan kehebatan mereka memberikan semangat hidup. lagu ini mengajarkan saya untuk bangkit ketika saya berada pada hal yang salah. tidak ada yang dapat menghentikan saya untuk bangkit kembali dari longsor kehidupan. melihat sisi baik di setiap hal yang ada. mengajarkan saya untuk terus maju tanpa melihat ke belakang. oleh karena itu lagu ini sangat pantas didengarkan pada pagi hari, memulai kehidupan dengan pandangan positif bahwa kita akan terus maju, apapun yang terjadi. nanyikanlah lagu ini bersama asamu, ia bangga mendengarkanmu. ia bangga akan dirimu.

3. Bitter Sweet Symphony oleh The Verve



      manusia adalah orang yang berbeda setiap harinya. selalu mempunyai ide-ide baru, watak baru, cara pandang baru. kita adalah orang yang berbeda setiap harinya, dan kita tidak dapat mengubahnya. sama seperti manusia, kehidupan juga selalu berganti arah. tidak selamanya kehidupan memiliki berjuta-juta konfetti. tidak selamanya kehidupan terbakar harga diri. tidak selamanya kehidupan jatuh dan mati pada dasar dunia. lagu ini cukup mengajarkan semua itu kepada saya. dan pada saat kita berada di bawah, selalu ada melodi kehidupan yang mengangkat kita kembali ke atas dunia. dengarlah pada pagi hari, dan sadarlah, dunia dan manusia tidak pernah sama. mereka tidak pernah puas berubah.

4. Wake Up oleh Arcade Fire



     saya tidak henti-hentinya mengelukan band yang satu ini. pertama kali saya mendengarkan 'Wake Up', saya seperti dilahirkan kembali dari kerasnya kehidupan. lagu ini cukup mengajarkan kepada saya bahwa kita tidak perlu malu untuk membuat suatu kesalahan. kesalahan adalah bagian dari kehidupan. walaupun arti dari lagu ini kurang terlihat, segi musikalitasnya begitu mengajak untuk bangkit. semangat. raih sesuatu yang baru. lihat jalan kehidupan. lihat arah yang kita tuju, apa yang kita mau, apa yang harus kita raih.

5. Dog Days Are Over oleh Florence + The Machine



     sama seperti saat mendengarkan 'Dear Prudence', lagu ini juga membuat saya senang ketika saya mendengarkannya. isi dari lagu benar-benar mengajak untuk semangat. saat bermalas-malasan sudah selesai, saatnya bersenang-senang dan melihat kehidupan. berlarilah untuk dirimu. berlarilah untuk Ayahmu, Ibumu, saudara-saudaramu. banggakanlah diri mereka. banggakan dirimu. kesempatan untuk bangkit tidak datang berulang kali. selagi ada kesempatan itu, gunakanlah sebaik mungkin. buat harimu menjadi hari yang indah. isi dengan semangat. isi dengan kesenangan. harimu itu indah.

pengeluh hanyalah angin yang berlalu. kita tegar seperti matahari.

Monday 19 September 2011

Sulutan Api di Bumi Mahakam

Bagai matahari kita hidup, bagai noda kita terbuang

 salah satu wartawan yang memanjat ke atas gedung SMAN 6 Mahakam dan dibujuk turun oleh Polisi

semua yang saya tuliskan merupakan opini. Opini ini juga dituliskan berdasarkan apa yang saya lihat pada siang hari tadi, dan juga apa yang saya dengar dari sumber yang saya percayai.

Senin, 19 September 2011 - siang ini, seusai saya dan teman-teman saya melaksanakan Ujian Awal Semester hari ketiga, peristiwa bentrok antara lembaga pendidikan SMAN 6 Mahakam dan wartawan pun terjadi.

     saya merupakan siswa SMAN 6 Mahakam kelas XII. hanya seorang murid biasa, tidak teladan, tidak pintar, bukan anak emas. jauh dari semua itu.
namun saya juga bukan sampah yang tidak mengetahui posisi saya.

     semua ini dimulai ketika SMAN 6 Mahakam dan SMAN 70 Bulungan tawuran pada hari Jum'at lalu. seorang wartawan yang merasa kekurangan gambar tawuran tersebut menuju ke gerbang SMAN 6 Mahakam untuk mengambil beberapa gambar. tentu saja beberapa murid yang merasa terancam tersulut emosinya dan merampas kaset dari wartawan tersebut.

      Pagi ini para wartawan datang untuk meminta pertanggung jawaban dari Kepala Sekolah. menurut beberapa guru SMAN 6 Mahakam, wartawan tersebut sudah bertemu dengan Ibu Kadarwati selaku Kepala Sekolah sebanyak tiga kali.

     Siang ini saya melihat beberapa peristiwa. Pada awalnya saya belum memedulikan kehadiran wartawan pada siang hari itu, "Yah, namanya juga wartawan", saya pikir. namun semua itu berubah ketika beberapa kericuhan kecil terjadi. saya bergegas menuju gerbang. tidak seperti hari lainnya, gerbang itu tergembok dari dalam. mengurung kami semua. mengurung kami dalam keamanan dan keselamatan.

     "Turun kau dari sana!", teriak seorang guru Kimia. Ia menatap ke langit-langit, ke atap gedung SMAN 6 Mahakam, atap Pos Satpam. seorang wartawan memanjat gedung sekolah saya, mengotorinya dengan sepatunya. ia menginjak sekolah saya, tempat saya meraih pendidikan selama 2 tahun terakhir. "Woi, ngapain lo di sana!" teriak saya kepada wartawan itu. "Turun! Apa-apaan kamu!", "Tunjukkan etikamu!" teriak warga kantin dan guru-guru. tapi semua teriakkan itu hanya dibalas dengan ancaman oleh wartawan itu, "Jangan bicara soal etika kepada saya!", "Awas kamu, saya bisa menuntut!" sambil menunjuk-nunjuk ke arah saya dan orang-orang yang berada di bawah.

"Kerja wartawan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers". Bagaimana dengan hak kami? hak ketenangan kami, hak kami mengenyam pendidikan. kami membela sekolah kami. kenyamanan dan keamanan kami dinganggu oleh seonggok wartawan yang menjaga "harga diri". tidakkah kamu akan melakukan hal yang sama terhadap sekolahmu? dimana kamu mendapatkan kenangan dan dasar pendidikan yang kamu raih. tempat dimana kamu belajar untuk menggapai cita-citamu. tempat dimana kamu belajar untuk menjadi wartawan.

Manusia merasa hebat akan keperkasaannya, namun enggan hilang dalam rasa malu.

     Beberapa saat setelah peristiwa naiknya wartawan tersebut, orang-orang yang ingin keluar/masuk gerbang SMAN 6 dikepung oleh wartawan. beberapa teman seangkatan saya berjalan menuju sekolah dari arah Taman untuk mengambil motor dan pergi dari tempat kejadian. namun, pada saat ia baru saja keluar dari gerbang bersama motornya, wartawan mulai mengepungnya (mungkin ingin mengambil gambar), namun dari kepungan itu muncul satu pukulan, dua pukulan. ricuh. "Itu teman saya!", teriak teman-teman saya dari dalam gerbang, "Bu! tolonginin dia, Bu!". "Anakku! Anakku!" teriak Ibu Husni, guru Fisika saya ketika saya kelas X. Ibu Husni merupakan guru yang sangat peduli dengan anak didiknya. walaupun terkadang ia berbeda pendapat dengan kami semua, namun ia tetap guru yang melindungi kami. lalu, teman saya menjatuhkan motornya, melindungi dirinya dan masuk kembali ke dalam Mahakam.

     setelah itu muncul beberapa kericuhan kecil lagi. kamera tertuju pada gerbang kami dan meliput kami semua. banyak dari para wartawan yang memprovokasi para guru. caranya dengan bertanya  dengan nada menjengkelkan dan terus menerus tentang "anak didik". "Bagaimana ini pak anak didiknya?", "Tolong itu anak didiknya diajarkan sopan santun!". bahkan kabarnya seorang guru BK dilemparkan mangkuk soto ayam oleh wartawan ketika ia berusaha melerai. (belakangan diketahui bahwa yang terkena lemparan merupakan guru Geografi).

tidak lama dari itu saya pulang ke rumah. memantau kejadian melalui internet.

     kejadian terbaru yang saya dapatkan merupakan : polisi melepaskan tembakan peringatan. Namun, tembakan peringatan tersebut tak digubris kedua pihak. Kericuhan pun semakin menjadi saat ada seorang anak SMA yang ditemukan bersimbah darah di depan SMA 6 (sumber : detiknews).


     melihat semua ini membuat saya sadar, betapa jauhnya Indonesia dari persatuan. betapa jauhnya dunia dari perdamaian. betapa sulitnya menjalankan diplomasi ketika emosi mengambil alih segalanya. betapa kurang dewasanya masyarakat dalam mengambil tindakan. dan betapa naifnya manusia akan kemenangan semata.

     dengan mudahnya penghormatan saya terhadap wartawan hilang. saya kuburkan dalam-dalam fakta bahwa saya pernah ingin menjadi seorang wartawan. bagai noda mereka terbuang. (namun belakangan ini saya juga menyadari bahwa tidak semua wartawan melupakan kode etik jurnalistik mereka, saya masih mempunyai respek tinggi terhadap wartawan yang patuh terhadap kode etik tersebut).

     mungkin dalam hal ini, kedua pihak memang melakukan kesalahan. namun tidak seharusnya kesalahan tersebut ditindak lanjuti seperti ini.
kedua pihak adalah salah. selesai.