Bagai matahari kita hidup, bagai noda kita terbuang
salah satu wartawan yang memanjat ke atas gedung SMAN 6 Mahakam dan dibujuk turun oleh Polisi
semua yang saya tuliskan merupakan opini. Opini ini juga dituliskan berdasarkan apa yang saya lihat pada siang hari tadi, dan juga apa yang saya dengar dari sumber yang saya percayai.
Senin, 19 September 2011 - siang ini, seusai saya dan teman-teman saya melaksanakan Ujian Awal Semester hari ketiga, peristiwa bentrok antara lembaga pendidikan SMAN 6 Mahakam dan wartawan pun terjadi.
saya merupakan siswa SMAN 6 Mahakam kelas XII. hanya seorang murid biasa, tidak teladan, tidak pintar, bukan anak emas. jauh dari semua itu.
namun saya juga bukan sampah yang tidak mengetahui posisi saya.
semua ini dimulai ketika SMAN 6 Mahakam dan SMAN 70 Bulungan tawuran pada hari Jum'at lalu. seorang wartawan yang merasa kekurangan gambar tawuran tersebut menuju ke gerbang SMAN 6 Mahakam untuk mengambil beberapa gambar. tentu saja beberapa murid yang merasa terancam tersulut emosinya dan merampas kaset dari wartawan tersebut.
Pagi ini para wartawan datang untuk meminta pertanggung jawaban dari Kepala Sekolah. menurut beberapa guru SMAN 6 Mahakam, wartawan tersebut sudah bertemu dengan Ibu Kadarwati selaku Kepala Sekolah sebanyak tiga kali.
Siang ini saya melihat beberapa peristiwa. Pada awalnya saya belum memedulikan kehadiran wartawan pada siang hari itu, "Yah, namanya juga wartawan", saya pikir. namun semua itu berubah ketika beberapa kericuhan kecil terjadi. saya bergegas menuju gerbang. tidak seperti hari lainnya, gerbang itu tergembok dari dalam. mengurung kami semua. mengurung kami dalam keamanan dan keselamatan.
"Turun kau dari sana!", teriak seorang guru Kimia. Ia menatap ke langit-langit, ke atap gedung SMAN 6 Mahakam, atap Pos Satpam. seorang wartawan memanjat gedung sekolah saya, mengotorinya dengan sepatunya. ia menginjak sekolah saya, tempat saya meraih pendidikan selama 2 tahun terakhir. "Woi, ngapain lo di sana!" teriak saya kepada wartawan itu. "Turun! Apa-apaan kamu!", "Tunjukkan etikamu!" teriak warga kantin dan guru-guru. tapi semua teriakkan itu hanya dibalas dengan ancaman oleh wartawan itu, "Jangan bicara soal etika kepada saya!", "Awas kamu, saya bisa menuntut!" sambil menunjuk-nunjuk ke arah saya dan orang-orang yang berada di bawah.
"Kerja wartawan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers". Bagaimana dengan hak kami? hak ketenangan kami, hak kami mengenyam pendidikan. kami membela sekolah kami. kenyamanan dan keamanan kami dinganggu oleh seonggok wartawan yang menjaga "harga diri". tidakkah kamu akan melakukan hal yang sama terhadap sekolahmu? dimana kamu mendapatkan kenangan dan dasar pendidikan yang kamu raih. tempat dimana kamu belajar untuk menggapai cita-citamu. tempat dimana kamu belajar untuk menjadi wartawan.
Manusia merasa hebat akan keperkasaannya, namun enggan hilang dalam rasa malu.
Beberapa saat setelah peristiwa naiknya wartawan tersebut, orang-orang yang ingin keluar/masuk gerbang SMAN 6 dikepung oleh wartawan. beberapa teman seangkatan saya berjalan menuju sekolah dari arah Taman untuk mengambil motor dan pergi dari tempat kejadian. namun, pada saat ia baru saja keluar dari gerbang bersama motornya, wartawan mulai mengepungnya (mungkin ingin mengambil gambar), namun dari kepungan itu muncul satu pukulan, dua pukulan. ricuh. "Itu teman saya!", teriak teman-teman saya dari dalam gerbang, "Bu! tolonginin dia, Bu!". "Anakku! Anakku!" teriak Ibu Husni, guru Fisika saya ketika saya kelas X. Ibu Husni merupakan guru yang sangat peduli dengan anak didiknya. walaupun terkadang ia berbeda pendapat dengan kami semua, namun ia tetap guru yang melindungi kami. lalu, teman saya menjatuhkan motornya, melindungi dirinya dan masuk kembali ke dalam Mahakam.
setelah itu muncul beberapa kericuhan kecil lagi. kamera tertuju pada gerbang kami dan meliput kami semua. banyak dari para wartawan yang memprovokasi para guru. caranya dengan bertanya dengan nada menjengkelkan dan terus menerus tentang "anak didik". "Bagaimana ini pak anak didiknya?", "Tolong itu anak didiknya diajarkan sopan santun!". bahkan kabarnya seorang guru BK dilemparkan mangkuk soto ayam oleh wartawan ketika ia berusaha melerai. (belakangan diketahui bahwa yang terkena lemparan merupakan guru Geografi).
tidak lama dari itu saya pulang ke rumah. memantau kejadian melalui internet.
kejadian terbaru yang saya dapatkan merupakan : polisi melepaskan tembakan peringatan. Namun, tembakan peringatan tersebut tak digubris kedua pihak. Kericuhan pun semakin menjadi saat ada seorang anak SMA yang ditemukan bersimbah darah di depan SMA 6 (sumber : detiknews).
melihat semua ini membuat saya sadar, betapa jauhnya Indonesia dari persatuan. betapa jauhnya dunia dari perdamaian. betapa sulitnya menjalankan diplomasi ketika emosi mengambil alih segalanya. betapa kurang dewasanya masyarakat dalam mengambil tindakan. dan betapa naifnya manusia akan kemenangan semata.
dengan mudahnya penghormatan saya terhadap wartawan hilang. saya kuburkan dalam-dalam fakta bahwa saya pernah ingin menjadi seorang wartawan. bagai noda mereka terbuang. (namun belakangan ini saya juga menyadari bahwa tidak semua wartawan melupakan kode etik jurnalistik mereka, saya masih mempunyai respek tinggi terhadap wartawan yang patuh terhadap kode etik tersebut).
mungkin dalam hal ini, kedua pihak memang melakukan kesalahan. namun tidak seharusnya kesalahan tersebut ditindak lanjuti seperti ini.
kedua pihak adalah salah. selesai.
dengan mudahnya penghormatan saya terhadap wartawan hilang. saya kuburkan dalam-dalam fakta bahwa saya pernah ingin menjadi seorang wartawan. bagai noda mereka terbuang. (namun belakangan ini saya juga menyadari bahwa tidak semua wartawan melupakan kode etik jurnalistik mereka, saya masih mempunyai respek tinggi terhadap wartawan yang patuh terhadap kode etik tersebut).
mungkin dalam hal ini, kedua pihak memang melakukan kesalahan. namun tidak seharusnya kesalahan tersebut ditindak lanjuti seperti ini.
kedua pihak adalah salah. selesai.
Setuju ndras!
ReplyDeleteMreka bertamengkan undang2 yg ngelindungin pkerjaan mreka,tapi undang2 itu d salah gunakan dengan nglakuin hal smau mreka.Dan mentang2 mreka media bs seenaknya memprovokasi dan memutar balikan fakta.Temen gw mau pulang baik2 ngambil motor d depan parkiran,tau2 helm wartawan melayang ke idungnya.Berdarah2 banyak gitu,tp mreka masih bs muter balikin fakta?WTF
sorry, gua bukan maksud menggurui atau menasehati.. karena ilmu gua juga masih sedikit.. Gua juga anak SMA kelas 12, di salah satu SMA di tanah kusir ( tau kan ).. Mungkin kita berbeda pendapat.. tapi di Indonesia mengemukakan pendapat itu dilindungi undang-undang.. Sebenernya yang salah juga Anak SMA yang tawuran itu.. Kita gak bisa nyalahin wartawan, karena wartawan memang tugasnya mengumpulkan berita.. Lalu, mengapa anak SMA 6, merampas kaset wartawan, apa boleh kita mengambil barang orang tanpa izin?? Takut kebobrokannya ketahuan?? Saya masih 17 tahun, dan remaja, dan ingin merasakan kebebasan juga seperti anak lain.. Tapi ada baiknya kita mengintrospeksi diri kita dulu.. Menurut saya yang pantas disalahkan Pelajar, dan Pihak Sekolah..
ReplyDeletewah wah... tawuran pelajar tambah seru aja nih.
ReplyDeletebtw, gw seneng baca tulisannya bro indras. gaya bahasanya mantab. cocok jadi jurnalis
you're the best ndras (y)
ReplyDelete@Nurul Ilmi : Sebenernya masalah tawuran hari jumat sudah d bicarakan baik2 oleh pihak sekolah dan wartawan.Namun sampai 2 jam lebih berlalu wartawan masih menunggu di depan gerbang SMA 6.Untuk apa?Menurut saya,ini menurut saya loh..Mreka masih ingin lebih tau jauh lg dan mengorek2 sampe ke akar ATAU memang mreka mencari sensasi demi kepentingan pribadi atau kelompok.Dan itulah media.
ReplyDeleteJadi mohon,jika tidak tau asal mula kbenaran ceritanya lebih baik diam dan memantau sampai terbukti syapa yg benar dan salah.
Maaf, Nurul Ilmi. Saya di sini posisinya sebagai korban dari berita tersebut, juga guru_guru saya, teman teman saya.
ReplyDeleteSaya tidak pernah menyalahkan pihak wartawan, saya juga mengakui bahwa tindak perampasan merupakan hal yang salah. Mengapa nurul yang hanya membaca tulisan saya dapat menyalahkan lembaga pendidikan saya semudah itu?
Saya tidak menyalahkan siapapun, keduanya adalah salah dan bodoh
Namun walaupun begitu saya juga percaya bahwa masalah ini dapat diselesaikan secara personal antara Oktaviardi dan Lembaga di sekolah saya.
Di sini anda terus berbicara tentang hak wartawan. Bagaimana dengan hak kami yang sesungguhnya tidak sedikitpun terlibat tawuran tapi namanya ikut tercemar karena berita yang tidak aktual?
Tolong dipikirkan baik baik. Lihatlah dari kedua belah pihak. Jangan dari satu perspektif saja.
Terima kasih banyak :)
"bahkan kabarnya...." jd Anda tidak lihat sendiri.
ReplyDelete"Bagaimana dengan hak kami? hak ketenangan kami, hak kami mengenyam pendidikan. kami membela sekolah kami." >Bgmn dgn ketenangan masyarakat. ketika tawuran ?
"...seorang anak SMA yang ditemukan bersimbah darah di depan SMA 6" > Apa penyebab sebenarnya?
pasti bisa diselesaikan dengan damai.. sayang beberapa orang lebih suka ngumbar emosi ketimbang cari penyelesaian.. wartawan nya cemen, siswa yang terporvokasi atau yang tawuran juga cemen..
ReplyDeletesalah satu yang bodoh ya si gilang perdana itu.. ga butuh waktu lama untuk dia merasa tidak aman hidupnya..
semoga jadi pelajaran berharga..
you're a good one mate. bagus ada yang bisa kepala dingin kaya lo. :)
ReplyDeleteyak,kamu pantas jadi pemutus tradisi tawuran sma 6 vs 70 ..
ReplyDeleteberani ga??
Wartawan memang dilindungi undang-undang kebebasan pers dalam mengumpulkan fakta-fakta dan disampaikan kepada masyarakat sebagai berita. Tapi apakah undang-undang itu juga membenarkan perbuatan mereka ketika mereka melakukan tindakan provokasi secara aktif demi memperoleh berita? Sy mengerti bahwa dalam keadaan ricuh kedua belah pihak pasti akan mudah sekali tersulut emosi. Perampasan kaset wartawan juga merupakan tindakan yang salah. Tapi apakah itu berarti wartawan itu sah-sah saja melempar kata2 kasar yang memancing emosi, mengancam menuntut bahkan seenaknya saja memanjat tembok suatu sekolah dan mengotori tempat2 itu tanpa izin? Hanya karena mereka wartawan dan dilindungi undang-undang maka perbuatan2 itu bisa dibenarkan?
ReplyDeleteSudah saya tuliskan di atas bahwa opini ini berdasarkan apa yang saya lihat dan dengar dari sumber yang saya percayai. :)
ReplyDeleteSumber yang saya percayai tentu saja guru guru dan teman teman saya yang sudah saya kenal selama 2 tahun lebih saya bersekolah di Mahakam.
Punyakah anda alasan untuk tidak mempercayai seseorang yang kalian cintai? :')
Tolong kesampingkan masalah tawuran dan masalah ini -__-
Anda saya persilakan menyalahkan orang orang yang tawuran itu, karena pada dasarnya tawuran tidak dilakukan oleh sekolah saya saja. Paling tidak harus ada 2 sekolah yg terlibat dalam tawuran dan anda hanya menyalahkan sekolah saya? Sungguh tidak bijak.
Pada dasarnya tawuran tidak dilakukan oleh semua individu sekolah. Saya sendiri membenci tawuran. Jadi tolong, kesampingkan masalah itu dari masalah ini. Silakan kalian salahkan orang tawuran sebagai perusak kenyamanan, tapi jangan anda berani menyalahkan saya dan pecinta kedamaian lainnya.
Penyebabnya merupakan seorang siswa yang mengeluarkan motor dari sekolah dilempari helm oleh salah seorang wartawan mengenai wajahnya, sehingga ia mimisan. Ini menuut sumber yg saya percayai.
-----
Amiiiiiiiiiin
Semoga pena dan kertas dapat betul betul menyelesaikannya secara tuntas.
Ya, keduanya salah dan bodoh. Kita tidak dapat menyalahkan salah satu pihak saja :)
Tentu saja hal ini merupakan pengalaman dan pelajaran yang berhai saya dan teman teman saya.
Semoga dengan ini kita dapat menyadari bahwa pertikaian merupakan hal yang memalukan.
------
Terima kasih telah menyampaikan pendapat anda sekalian :)
usut tuntas kasusnya bagi pihak yang berwajib!
ReplyDeleteyg pertama terbesit di benak saya sekali membaca tulisan ini...
ReplyDeletejangan bilang "SAMA2 SALAH"
secara awam, klo yang saya liat dari tulisan ini artinya buat masing2 pihak "GW GAK SALAH2 BANGET"
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
setelah saya lihat2 lagi...
tulisan ini klo saya bilang adalah tulisan pembelaan dari (sorry saya menggunakan kata golongan) golongan siswa baik2...
saya yakin itu...
dari tutur bahasa penulisan bung indras dan cita2nya menjadi seorang wartawan...
saya yakin anda ini orang baik yg tidak termasuk dalam golongan teman2 anda yg memiliki tutur kata serta sifat dan sikap yang TIDAK PANTAS seperti teman2 anda di twitter...
say mengerti jika anda disini ingin membela sesuatu yang namanya HAK...
ingat, saya tidak menyalahkan anda terhadap tulisan anda ini, tapi saya justru bangga dan salut pada anda...
tapi, bung indra tau kan istilah "Tak ada asap jika tak ada api"
tapi bung indra jgn lupa juga.. "Tak akan ada api jika tak ad yg menyulut api tersebut"
analogi kan korek api...
tau kan korek api? mau itu gas atau korek api yg batangan kayu...
apakah langsung jadi api begitu saja??
tau kan bisa kluar api krn apa?
:)
dan saya harap juga, banyak siswa2 seperti anda yg kritis melalui tulisan, bukan melalui bacotan, bukan melalui bogem... :)
"...bahkan kabarnya seorang guru BK dilemparkan mangkuk soto ayam oleh wartawan ketika ia berusaha melerai."
ReplyDeletetanpa sumber, ini artinya HOAX
tulisan bagus kawan. tolong tambahi lagi, tentu dari perspektif anak sma6 ya :D
ReplyDeleteyang pasti siapapun yang melakukan kekerasan harus ditindak. entah itu wartawan atau siswa.
itu anak2 pada mau sekolah apa tawuran sih? heran gw sama anak SMA, masih labil emang begitu sih wajar.
ReplyDeleteTulisanmu bagus dek. Cocok jadi jurnalis, atau mungkin aktifis. :)
ReplyDeleteDik, saya merinding baca tulisan ini. bagus sekali tulisannya, melihat dari berbagai sudut.
ReplyDeletekak, tulisannya keren. bangga jadi 6mahakam!
ReplyDeleteWartawan yg memukul guru? gak ada yang beritakannya, cuma blogger. Salut buat Blogger...
ReplyDeleteTulisan anda bagus sekali... berbakat jadi wartawan. Mohon jangan ikut tawuran ya... semoga bisa segera menjadi orang besar..
ReplyDeletesaya wartawan, dan saya percaya bahwa mungkin sekali wartawan yang mendatangi sekolah kurang sopan, tapi mudah-mudahan selalu ada cara lain menyelesaikan masalah selain adu pukul.
mengenai kabar yang beredar tentang mangkok soto itu, memang belum ada konfirmasinya...belum ada orang yang berani muncul ke depan dan memberitahu publik. Alangkah baiknya kalau dibuat reportase...wawancara teman teman dan guru, teliti siapa yang melihat. Mungkin itu bisa menjadi bukti bahwa ada wartawan yang kurang ajar...
sayangnya adikku, saat ini ada beberapa teman wartawan yang terpaksa masuk rumah sakit. sepengetahuan saya mereka adalah wartawan serius yang memilih dipukul daripada memukul. yang menggendong kamera jutaan rupiah sehingga sulit menghindar dari lemparan batu bata. bahkan ada yang luka, dan salah satunya adalah seorang ibu.
alangkah baiknya kalau dihentikan segera ketegangan ini. Supaya kalian bisa sekolah lagi dan meraih prestasi.
Wiserwriter@gmail.com
Seharusnya anak SMA tidak berhak mengiterupsi kerja wartawan. Bahkan di medan perang pun ada UU internasional yg mengatur bahwa jurnalist adahalah pihak netral, yg berhak meliput pihak manapun. Bahkan 2 kubu yang saling berperang tidak boleh mengganggu jurnalist perang.
ReplyDeleteapa"an itu anak SMA sok jagoan, militer saja tidak bisa mengganggu kerja wartawan kok..
gw ga percaya lo anak sekolahan...
ReplyDeletemaaf maafan aja laah. damai kan enaak.
ReplyDeletehabis lebaran jugaa :)
Tulisan yang sangat sangat objektif sekali .
ReplyDeletekata yang empunya tulisan gini "Jadi mohon,jika tidak tau asal mula kbenaran ceritanya lebih baik diam dan memantau sampai terbukti syapa yg benar dan salah. " . Ya udaaaahhh diem ---- flat
salut tuk kalian semua...
ReplyDeletesalam...
tutur bahasanya bagus :)two thumbs up!
ReplyDeletebe honest, saya jg lumayan mengikuti perkembangan kejadiannya. diawal, karena lagi2 cm dari pihak wartawan saya cukup 'termakan' oleh berita yang memihak pada mereka.. hehe
tapi pas saya baca tulisan ini, saya jadi berpikir ulang.
suka banget sama kalimat 'betapa sulitnya menjalankan diplomasi ketika emosi mengambil alih segalanya'. izin ngutip ya :)
wih keren nih! gue mungkin juga melakukan hal yang sama kalo sekolah gue di gituin
ReplyDeletemaaf saudara,menurut saya ini lohh..
ReplyDeletemas ndras kenapa mengakui kesalahan tapi memojokan salah satu pihak?
ini yg dikoreksi wartawan saja,coba ceritakan juga dong apa pemicu sekolah kalian bisa tawuran,biar kita tidak salah tanggap...
terima kasih..
ini keren bgt, sumpah keren bgt lu bisa mikir tenang kea gini. (y)
ReplyDeleteSorry out of the box , sebenernya lo yg ikut tawuran maksudnya biar apa sih ? dikira keren ? ... belajar yang bener , kecil aja mentalnya udah anarkis begini gimana gedenya ... toh kalo ga ada tawuran, kejadian kaya gini ga bakal ada !
ReplyDeletePenuturan yang bagus. Tidak selamanya wartawan adalah malaikat dan suci kok. Tapi merampas kaset video juga tindakan yang benar.
ReplyDeleteKalo ada wartawan yang manjat pagar sekolahmu, itu sih lagaknya sudah seperti pekerja infotainment: ). Coba lihat kode etik jurnalistik di bawah ini, terutama poin (b)
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
Penafsiran:
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
Salam
Tulisan bagus, yang seharusnya menjadi perenungan untuk semuanya, anak SMA 6, wartawan, para guru, dan semua stakeholder yang terkait. Saya, yang sekarang juga berprofesi sebagai wartawan, juga menyadari adanya ketidakbijaksanaan dari semua pihak tersebut.
ReplyDeleteTapi ini adalah sebuah peristiwa, yang dipandang dari kacamata manapun amat memalukan. Semoga ini jadi pembelajaran bagi semua, karena vanadalisme tidak akan pernah menyelesaikan semuanya.
Tapi, yang paling penting. Jangan sampai insiden ini menjadi penghalang cita-cita kita. Ndras, (salam kenal), karena bagi kami, wartawan, kebenaran adalah kebenaran, dan kesalahan adalah kesalahan. Itulah doktrin abadi kami.
2 thumbs up buat lo ndrias. coba lo posting ini dan sebar kesemua jaringan diinternet.
ReplyDeletebanyak doa . gw yakin kebenaran selalu menang kok :D
tulisannya bagus .. semoga kelak keinginan mu untuk menjadi pelaku media tidak lagi di urungkan .. dan tetap dengan idealis mu :D
ReplyDeleteWhat a good post ndras! Proud of you! Keep on posting! :)
ReplyDeletebro...
ReplyDeletegue liat dari tulisan lu, lu bagus dalam membawakan berita.. cocok jadi wartawan.. hehe
sekedar nyimpulin dr berita yg gue liat dengar dan gue baca..
menurut gue yg salah itu anak SMA yg tawuran, udh tau dia salah tawuran, mana pake ulah dgn ngerampas kaset wartawan tsb..
ya klo gak mau di liput jgn tawuran lah..
gak selamanya wartawan sabar, gini aja, klo lu di posisi mereka, lu jg pasti kesel di gituin, sama anak SMA lg.. mereka udah hilang kesabarannya..
kenapa wartawan itu sampe manjat2, ya karena sekolah kalian menutup diri. makanya dia nekat manjat buat ambil gambar..
yaudah broo ambil hikmahnya aja dr semua ini, tapi bener kata lu, dua-duanya salah..
semangat broo, gue doain lu jadi seorang jurnalis!!
amin..
gw ga kenal lo siapa, tp tau nama lo Indras, tulisan lu bagus banget bro buat seorang anak SMA, kalo menurut lo wartawan sekarang itu sampah, lo ubah biar jadi ga sampah lg, dgn cara jd wartawan yg keren. kaya tintin kan keren
ReplyDeletememang awalnya salah pada saat terjadi rampasan kaset sang wartawan. dan mungkin seharusnya siswa yang merampas meminta maaf pada wartawan-wartawan tersebut. namun seorang wartawan atau jurnalis juga harus mematuhi kode etik yang berlaku, yang tentunya mereka ketahui.
ReplyDeletebagaimanapun juga pelajar tidak seharusnya tawuran, kalau tidak ada tawuran maka hal seperti ini dapat dihindari, bagaimana nasib bangsa ke depan kalau generasi yg pasti jadi penerus hanya hidup dalam kekerasan? maaf saya bukan menyalahkan kelompok tertentu, ini hanya opini pribadi, yang secara substantif sifatnya sama dengan tulisan penulis. CMIIW.
ReplyDeleteresapi baik-baik ya
ReplyDelete"Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra negri
Bertingkah laku halus hai putra negri"
A.Simanjuntak - Bangun Pemudi Pemuda
kejujuran yang diutamakan, keikhlasan untuk bermaafan yang diberikan dan kebersamaan yang dibutuhkan.
Sama2 salah, wartawannya mentang2 ada undang2 jadi se enaknya, SMA nya yang begitu diladenin, jd ribu deh. harusnya timpukin batu aja tu wartawan yg naik genteng
ReplyDeleteGood point of view :)
ReplyDeleteada kode etik jurnalistik yang membahas tentang batasan2 dalam mengambil berita mungkin mereka ngga sadar tentang itu. sudahlah, semoga ini bisa jd pelajaran buat kedua belah pihak. indras, tulisannya bagus menceritakan dengan tutur kata yg enak untuk dibaca :)
ReplyDeletekalo u dalam hal ini menempatkan wartawan dalam posisi yang salah, terus cita2 u jadi wartawan berkurang, apa itu bijak?
ReplyDeletekalo menurut u ada yang salah dengan wartawan saat ini, tetep berusaha kejar cita2 u jadi wartawan, dan pada saatnya nanti jadilah wartawan yang baik seperti versi u dan pengaruhi teman2 wartawan u untuk jadi baik pula.
good luck
Yapp.. pengetahuan saya tentang kejadian ini memang sedikit karena saya dapat hanya dari portal media online.. Awal dari kejadian ini adalah tawuran pelajar.. Tapi pertikaian antara pelajar dan wartawan tidak akan terjadi jika pelajar tidak melakukan aksi tawuran.. Sebenernya menurut saya ini merugikan pihak sekolah.. Dan nantinya pihak sekolah sendiri yang disalahkan oleh dinas, akibat kejadian ini, karena tingkah anak didiknya.. Saya tidak berharap Reputasi SMA 6 akan redup karena kejadian ini, karena saya tau SMA 6 salah satu sma yang terdidik.. Saya siap menerima kritikan.. :D
ReplyDeleteone word! GREAT!
ReplyDeletecara nulisnya gue suka :)
keep posting!
cara bertutur yang baik,kata kata yang mengalun indah dengan detail yang sangat baik,"betapa sulitnya menjalankan diplomasi ketika emosi mengambil alih segalanya." amazing !
ReplyDeletelw culun bgt berani nya sama wartawan keroyokan lagi! dulu gw di sudirman tahun 2001 gw berani lawan 3 kompi Brimob dan ga cemen kaya lw !!
ReplyDeletemaen dong boi ke timur!
hadeeeh!!
Okey ini pembelaan dr SMA 6 tp tetap sangat disayangkan. Kedua sekolah yang sering sekali tawuran seharusnya dicopot statusnya dari sekolah unggulan. Memang status itu hanya karena akademiik tp tidak sangat2 tidak attitude.
ReplyDeleteGw perihatin aja dg 'tradisi' tawuran antara 6 vs 70. kenapa mental 'barbar' seperti ini dipelihara ? kalau kalian aja masih memelihara mental seperti ini, ga usah berteriak soal keadilan ato hak-hak lainnya..
ReplyDeleteUntuk wartawan, mereka hanya melaksanakan tugas mereka, kalau mereka harus meliput, walaupun nyawa menjadi taruhannya..
Apakah kalian juga berpikir ? tugas kalian adalah mengenyam pendidikan, bukan jadi 'partisipan tawuran'..
anyway, dr tweet salah satu anak 6, dia menyatakan kl "mahakam keras", kehidupan lebih keras dr mahakam ! jangan sombong karena bisa mukulin wartawan. Its not cool !
Penyebabnya adalah tawuran!!!
ReplyDeletemakanya jangan pada TAWURAN, belajar aja yg bener adek2 manis...
2011 masih tawuran???hadeeeehhhhhhhh
jadi panjangkan masalah dan akibatnya :p
nb: jangankan lawan anak SMU, pemerintah lawan wartawan aja kewalahan hihihihihihi
(salah pilih lawan kayaknya)
Peace & Love
Bagaimanapun tawuran itu salah satu tindakan kriminal juga dan sangat meresahkan aplgi sekarang2 ini yg mlkukan tawuran itu pelajar. Mau dibawa kemana bangsa ini kalo generasi mudanya aja udah gak menyukai perdamaian?
ReplyDeleteSeharusnya tiap masalah diselesaikan bukan dengan jalan kekerasan, budaya malu juga harus ditegakkan lagi, malu untuk melakukan kejahatan. Tapi bukan malu untuk meminta maaf.
Minta maaflah jika berbuat salah dan berjanji tdak akn mengulangi lagi, mungkin itu salah satu jalan keluar dalam masalah ini.
Dan tentu saja meminta maaf itu adalah perbuatan mulia jadi jgn malu utk minta maaf =)
saya setuju kita tidak membahas soal tawuran disini..
ReplyDeletepada dasarnya wartawan sebagai orang yang melakukan provokasi dengan memanfaatkan perlindungan undang undang juga salah..
buat apa mereka ngotot dapetin berita sampe harus ada korban? buat apa mereka mengotori lembaga sekolah yang digunakan untuk menuntut ilmu? apa mereka tidak pernah menuntut ilmu?
walaupun saya bukan anak SMA 6, disini saya mendukung hak2 yang tidak didapatkan warga SMA 6 akibat kericuhan ini ^^
semoga tidak ada lagi kasus seperti ini di indonesia :')
Tulisan yang bagus. Mudah-mudahan kejadian ini ga ngebuat lo berhenti untuk bermimpi menjadi wartawan. Sayang kalo punya bakat di sia-siakan cuma gara-gara oknum tertentu. Intinya semua harus legowo dan mengakui kesalahan masing-masing dan tidak berusaha untuk menjadi perkasa. Semoga masalah ini cepat selesai dan tawuran tidak lagi menjadi sebuah tradisi bagi siapapun, tanpa terkecuali!
ReplyDeleteklo ga ada tawuran, pasti ya ga akan ada kejadian kayak gini...hidup aman aja deh ya, yg tentram.. ga usah tawuran, pelajar fokus sekolah dan belajar memperbanyak ilmu yang banyak dan baca buku-buku,perbanyak prestasi... wartawan juga pasti gakan meliput hal-hal negatif kayak tawuran kalo pelajar-pelajarnya oke kayak gitu. yg ada wartawan malah akan meliput betapa rajin dan oke-nya pelajar2 indonesia... semuanya jadi tenang dan senang...:D anyway suka gaya nulisnya :))
ReplyDeleteudah jelas kan tawuran aja udah salah, ngambil kaset wartawan udah 2x salah.. trus pembelaannya apa lagi? udah ngaku salah 2x kan.. kesalahan yang memprovokasi wartawan.. kalo gak ada 2 kejadian itu, wartawan juga jijik nyari berita di sekolahan kali..
ReplyDeletewah blog ini cocok jadi portal media..
ReplyDeletemending kamu jadi jurnalis aja yang menulis data lewat opini..
Semoga saja nasib Gilang Perdana tidak seperti pewarta foto yang dipukuli hingga gegar otak itu :)
Anonymous said...
ReplyDeletelw culun bgt berani nya sama wartawan keroyokan lagi! dulu gw di sudirman tahun 2001 gw berani lawan 3 kompi Brimob dan ga cemen kaya lw !!
maen dong boi ke timur!
hadeeeh!! <--- Trus keren gitu ?
Anonymous said...
ReplyDeletelw culun bgt berani nya sama wartawan keroyokan lagi! dulu gw di sudirman tahun 2001 gw berani lawan 3 kompi Brimob dan ga cemen kaya lw !!
maen dong boi ke timur!
hadeeeh!!
19 September 2011 19:34
^
^
^
^
^
sendirian apa rame2????
klo rame2.. JANGAN BILANG BERANI SOB!!!!!!!
udah banyak berbuat kebaikan sob makanya brani mati???
hebaaatttt!!!!!
gw kutip lagi ya kata2 orang di atas
ReplyDelete"Seharusnya anak SMA tidak berhak menginterupsi kerja wartawan. Bahkan di medan perang pun ada UU internasional yg mengatur bahwa jurnalist adahalah pihak netral, yg berhak meliput pihak manapun. Bahkan 2 kubu yang saling berperang tidak boleh mengganggu jurnalist perang."
kalo untuk kejadian setelah itu, no comment :)
Memperhatikan gaya menilismu dek... bagus cara bertuturnya :)
ReplyDeleteSemoga pihak sekolah dan para wartawan, bisa menghadapi masalah ini dengan penuh kebijaksanaan dan tidak memihak sebelah.
ReplyDeleteBtw, tulisan lo bagus bro. Cara penuturan, gaya bahasa dan alurnya smart. Cocok jadi jurnalis lo bro. Semoga tercapai cita2nya jadi seorang jurnalis handal yang jujur dan bekerja keras mencari berita demi memberikan informasi kepada khalayak banyak.
Salam
jelas bgt tuh yang salah pihak SISWA. udah tau tawuran ga di lindungi+ rampas hak milik wartawan. jelas jelas wartawan itu isinya mencari informasi.
ReplyDeletejgn tawuran klo ga pengen di salahin. bener tuh kata NURUL ILMI.
semua ini dimulai ketika SMAN 6 Mahakam dan SMAN 70 Bulungan tawuran pada hari Jum'at lalu. seorang wartawan yang merasa kekurangan gambar tawuran tersebut menuju ke gerbang SMAN 6 Mahakam untuk mengambil beberapa gambar. tentu saja beberapa murid yang merasa terancam tersulut emosinya dan merampas kaset dari wartawan tersebut. ===> Dari sini saja Anda sudah tidak objektif dalam melihat situasi. Itu sebabnya di paragaraf2 selanjutnya Anda hanya mempercayai penuturan teman2 dekat yang tentu akan membela temen2 Anda.
ReplyDeleteSaya kebetulan alumni sma 70, saya tau banget WARTAWAN ITU SERING BANGET GANGGU DAN NONGKRONG SEENAK JIDAT di bulungan, ganggu suasana belajar mengajar, sampe diusir2in dari sekolah, ga etis banget rasanya.
ReplyDeleteGAK USAH IKUT CAMPUR DEH WARTAWAN2 NGENTOT ITU SEMUA GA NGERTI APA2 DUNIA INI MASIH BANYAK YG PERLU DIBERITAIN KENAPA JUGA HARUS GANGGU DUNIA 6 DAN 70, MEREKA BERPULUH2 TAHUN DARI JAMAN BOKAP GUE SAMPE SEKARANG FINE2 AJA. dan terbukti melahirkan lulusan2 berprestasi dan lanjut ke byk PTN favorit. SPERTI KATA POLISI DI TV "MEREKA ITU ANAK SMA, SAYA AJA DI GEBUKIN" don't be such a bitch lah CENGENG ngentot itu semua wartawan.
OOOO... JADI ANAK SMA 6 MINTA HAK BEBAS TAWURAN??? ckckckckck... dasar BOCAH!
ReplyDeletesemua ini tuh berasal dr tawuran. Coba klo ga ada tawuran, ga bkal ada wartawan.
ReplyDeleteWartawan kan cpt bgt dpt info klo ada tawuran atau peristiwa.
Gimana Indonesia mau maju, kalo wartawanya mata duitan ...pengen cari sensasi...Sedangkan mental anak mudanya juga tak bermoral.....
ReplyDeleteTak malu kah dengan MALAYSIA????
loh ini kan urutan kejadian, sebab akibat, apakabar kejadian sebelumnya ketika tawuran antara SMA 6 dan 70 ?
ReplyDeletejadi boleh mukul wartawan dan ngerampas kasetnya pas lg ngeliput tawuran tsb ? gitu ?
Semoga Makhluk bumi indonesia makin sadar diri, tidak memprihatinkan seperti sabda presidennya.
ReplyDelete"Karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang."
kalau kalian pernah menjadi anak SMA, tentu tawuran seperti ini sudah berakar dari jaman 70an dan terjadi di beberapa sekolah. dan beberapa sekolah mempunyai senioritas masing-masing. mengapa anak-anak SMA 6 tawuran? tanyakanlah pada alumni2 dari dahulu kala...apa sebabnya mereka tawuran, mungkin gejolak remaja? remaja labil?
ReplyDeletesatu sama lain memiliki kesalahan... tidak seharusnya anak-anak memukulinya dan wartawan menaiki ke atap sekolah. wartawan tentunya lebih tua dari anak-anak ini dan mengerti tata krama. kalau anak-anak ini masih diambang kelabilan.
soal tulisan, aku lebih sepakat Indras jadi novelis atau sastrawan. mungkin akan lebih baik
ReplyDelete....Kata seorang lakon dalam Godlob-nya Danarto (sudah disadur), tidak ada objektivitas, yang ada subjektivitas.
Kebenaran jurnalis adalah kebenaran narasumber, kalau narasumbernya salah, maka medianya tidak akan dipercaya..maka, untuk menetralkan satu subjektivitas, lebih baik ada subjektivitas lain dari sudut pandang yang berbeda.
Dan indras mewakili subjektivitas satu sisi dan tentu tidak salah ...mungkin aku akan cari subjektivitas sisi lain, misalnya dari wartawan trans7... (seorang wartawan)
ada aja yang komen disini pake emosi wkwkwkwk. banyak banget yak orang di negara ini yang gampang terprovokasi :O
ReplyDeletetetep semangat yak bos, emang banyak halangan hidup di lingkungan yang sulit kayak gini :v
nice closing statement!
ReplyDeleteinti nya kalo kalian emang berpendidikan, apa sih dsar kalian untuk tawuran ? apa untung buat kalian ? Dampaknya ? yang rugi siapa ? #mbo kalo bertindak di fikir pake otak dulu,katanya Berpendidikan.skarang bukan saatnya pake otot kawan #eragloballisasi "USE your BRAIN"
ReplyDeletegw setuju bro..gw jg akan ngebela sekolah gw klo wartawannya kyk gt..yg g pny etika tuh wartawan..walaupun gw udah g SMA lg, tp gw sangat peduli ma SMA gw klo SMA gw dikotori or guru gw dgituin ma wartawan..JANGAN MENTANG" WARTAWAN YANG DILINDUNGI UNDANG" BISA SEENAKNYA..WARTAWAN ITU GAK ADA APA"NYA KLO TANPA BERITA..BERITA GAK KAN ADA KLO GAK ADA MASALAH..MEDIA SELALU MEMBESAR"KAN MASALAH YANG SEBENARNYA KECIL..WARTAWAN SELALU MEMBAWA TEMAN" KE MASALAHNYA SENDIRI (BACA:CARI BANTUAN WARTAWAN LAIN) a.k.a TAKUT NGADEPIN MASALAH YANG SEBENARNYA BISA DIA ADEPIN SENDIRI..GW SALAH SATU YANG GAK SUKA DENGAN WARTAWAN DI INDONESIA..
ReplyDeleteCUPU LAH KLO MENURUT GW WARTAWAN ITU..
I proud of you
ReplyDeletedalam kasus ini mungkin penilaian pada wartawan seperti itu. tetapi jangan lupa, menjadi jurnalis dan wartawan tidak semudah yang orang-orang perkirakan.
ReplyDeletememang ada beberapa perbedaan antara wartawan yang satu dengan wartawan lainnya. sama seperti perbedaan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.
di sini terlihat jelas bahwa mungkin sebenarnya niat para wartawan awalnya bukan ingin memancing emosi atau memutarbalikkan fakta yang terjadi. namun, terjadinya tindakan yang menjadi 'pancingan' membuat wartawan jelas terbawa emosi. kalian tahu, mencari fakta, dan membuat berita tidak mudah, butuh perjuangan dan butuh pengorbanan. apa rasanya bagi kalian yang kerja kerasnya dirampas? mungkin akan tersulut emosi juga.
namun, dengan begitu, bukan berarti saya membenarkan tindakan dan kericuhan yang disebabkan oleh wartawan. ada halnya mereka sedikit berlebihan dan mungkin lewat dari batas aturan dan etika yang seharusnya dipatuhi oleh wartawan.
dalam hal ini, sebaiknya tidak ada pihak yang saling menyalahkan. damai mungkin lebih baik. kembalikan rekaman/data/dokumen milik wartawan, dan pihak satunya meminta maaf. serta saling mengganti rugi jika ada kerusakan yang terjadi.
wartawan itu tugasnya meliput berita. berita yg diliput kan kalian yg sedang tawuran. jadi apa salah wartawan? itu kan tuntutan pekerjaan. siswa yg merampas kamera wartawan itu maksudnya apa? itu udah masuk tindak kekerasan dong. punya hak apa merampas kamera milik wartawan? kalo kalian tidak mau diliput, ya jangan melakukan tawuran lah.
ReplyDeleteGokil lo.. Entah kenapa wartawan sekarang lebih suka mencari sensasi ketimbang substansi dari suatu berita..
ReplyDeleteItu tolong temen2 lo jg dibilangin kaga usahlah tawuran2.. Lepasin ego masing2.. Ga habis pikir gw sama temen2 yang demen tawuran.. Nikmati masa muda booy..
Keep on writing, dude..
mental pengecut beraninya tawuran, ingat tujuan kalian sekolah bukan buat jadi jagoan
ReplyDeletesubhanAllah banyak sekali komentarnya :')
ReplyDeletemaaf sekali saya dapat tidak membalas semuanya.
begini saja, saya membuat tulisan ini sebagai penyeimbang atas apa yang ada pada media (terutama TV).
kalian semua sudah melihat apa yang terdapat pada TV.
ada beberapa hal di TV yang tidak dikonfirmasikan atau diinformasikan. sehingga jatuhnya seperti menjelekkan nama sekolah saya.
saya hanya dapat mengatakan... SMAN 6 Mahakam adalah sekolah saya. tempat saya meraih pendidikan.
terima kasih banyak atas pendapat anda sekalian :)
semoga suara kalian juga dapat didengar masyarakat
ok wartawan salah, tapi gmn pun juga mereka nyari keadilan... tapi tetep aja yang lebih salah SMA lo ! bosen gue denger SMA 6 dan 70 tubir mulu ! sekolah lu th terkenal, jagalah nama baiknya, bukan nama buruknya sbg SMA tukang tawuran.
ReplyDeletebilangin ke temen2 lo yang hobi tubir, SAMPAH! SAMPAH INDONESIA ! Indonesia ga butuh biang rusuh, uadah terlalu byk ! dan gue harep lo bukan salah 1 dari temen2 lo yang hobi tubir prestasi 0
Gue suka deh sama gaya bahasa di tulisan lo..dapat mendeskrispikan dengan baik jd yg baca juga bisa langsung membayangkan apa yg terjadi.btw semoga selesai dengan baik ya masalah yg terjadi skrg,semoga cepet selesai dengan jalan keluar yg sama2 enak.
ReplyDeleteSalam untuk guru-gurumu ya, Ndra. Salam takzim dari saya. Bantu mereka untuk terus sebarkan ajaran positif kepada teman-temanmu ya. Teruslah menulis. Tabik! :)
ReplyDelete@arnellism
Anonymous said...
ReplyDeleteSaya kebetulan alumni sma 70, saya tau banget WARTAWAN ITU SERING BANGET GANGGU DAN NONGKRONG SEENAK JIDAT di bulungan, ganggu suasana belajar mengajar, sampe diusir2in dari sekolah, ga etis banget rasanya.
GAK USAH IKUT CAMPUR DEH WARTAWAN2 NGENTOT ITU SEMUA GA NGERTI APA2 DUNIA INI MASIH BANYAK YG PERLU DIBERITAIN KENAPA JUGA HARUS GANGGU DUNIA 6 DAN 70, MEREKA BERPULUH2 TAHUN DARI JAMAN BOKAP GUE SAMPE SEKARANG FINE2 AJA. dan terbukti melahirkan lulusan2 berprestasi dan lanjut ke byk PTN favorit. SPERTI KATA POLISI DI TV "MEREKA ITU ANAK SMA, SAYA AJA DI GEBUKIN" don't be such a bitch lah CENGENG ngentot itu semua wartawan.
^
^
^
^
^
^
ALUMNI HEBAAAAAAAAAAATTTTT!!!!!
Bapaknya sukses ya bro?
langsung sukses ya tamat SMA?
lo orang sukses juga ya bro??
klo lo orang sukses, brarti tutur kata orang sukses keren juga ya sob...
NGENTOT itu bahasanya orang sukses ya sob???
o ya ya ya...
ReplyDeletemennyentuh banget. meski gue bukan lagi anak sma, gimana pun juga gue sakit hati banget ngedenger pelajar kayak kalian diganggu tanpa permisi sama si kuli tinta. Di satu sisi kalian mungkin salah karena tradisi tawuran nggak hilang-hilang dari sorotan media, apalagi wartawan dilindungi undang-undang. Tapi gimanapun juga, hak kalian sebagai pelajar juga PATUT dilindungi.
ReplyDeleteNNice post, btw. salam kenal :D
Penyampaian cerita yg berkelas. Mudah2an masalahnya dpt segera selesai secara berkelas jg :)
ReplyDeleteselamat anda salah satu yang akan menjadi pengganti wartawan tersebut :D:D
ReplyDeleteresiko lah udah tau orang lg pada emosi lah ini malah ngusik, namanya juga lagi ribut WAJAR BANGET
ReplyDeletegimana kalau dengan twit [at]edo_sihombing ini. apakah semua wartawan itu dewasa? :)
ReplyDeletetumben ada ade kelas pinter, good post. I love SMA 6 <3
ReplyDeletesemoga ini menjadi pelajaran berharga agar tidak terulang lagi dan dapat diselesaikan dengan kepala dingin dan baik2, tidak perlu dengan adu otot.kekerasan hanya akan menimbulkan dendam yang tidak berkesudahan. hidup bukan hanya untuk hari ini saja, masih ada hari esok, apapun yg dikerjakan hari ini akan berbuah pada keesokan harinya, jadi berpikirlah dua kali ketika berbuat, kelak perbuatan itu akan kembali sendirinya
ReplyDeleteoh iya bokap gue sukses, bokap lo gimana? ohya deng terakhir kali memek bokap lo gue kiloin HAHAHAHA
ReplyDeletebahkan dengan memberitakan dan menulis seperti ini pun, kamu adalah wartawan salam skup kecil.
ReplyDeletemasih anti jadi wartawan?
dewasalah.
tulisannya kerennn.. mantab deh,, memang kedua pihak harus bisa menahan ego masing2..
ReplyDeleteWartawannya lebay....
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteYeahhhh,,, GENERASI PENERUS BANGSA yg pasti MAJU, HIDUP INDONESIA! Selamat,,
ReplyDeleteAnonymous said...
ReplyDeleteAnonymous said...
Saya kebetulan alumni sma 70, saya tau banget WARTAWAN ITU SERING BANGET GANGGU DAN NONGKRONG SEENAK JIDAT di bulungan, ganggu suasana belajar mengajar, sampe diusir2in dari sekolah, ga etis banget rasanya.
GAK USAH IKUT CAMPUR DEH WARTAWAN2 NGENTOT ITU SEMUA GA NGERTI APA2 DUNIA INI MASIH BANYAK YG PERLU DIBERITAIN KENAPA JUGA HARUS GANGGU DUNIA 6 DAN 70, MEREKA BERPULUH2 TAHUN DARI JAMAN BOKAP GUE SAMPE SEKARANG FINE2 AJA. dan terbukti melahirkan lulusan2 berprestasi dan lanjut ke byk PTN favorit. SPERTI KATA POLISI DI TV "MEREKA ITU ANAK SMA, SAYA AJA DI GEBUKIN" don't be such a bitch lah CENGENG ngentot itu semua wartawan.
Anonymous said...
oh iya bokap gue sukses, bokap lo gimana? ohya deng terakhir kali memek bokap lo gue kiloin HAHAHAHA
^
^
^
^
^
^
untuk adik2 atau siapapun yg baca tulisan ini...
ITU ADALAH POSTINGAN ORANG SUKSES... SEKALI LAGI!! ITU ADALAH POSTINGAN ORANG SUKSES!! YANG BAPAKNYA JUGA SUKSES!!!
tutur kata ORANG SUKSES...
4 jempol boss buat ente sm orang2 sukses kaya ente....
Tulisan anda sangat proporsional, sangat berimbang. jika menjadi wartawan, anda akan menjadi wartawan yg hebat di negeri ini. banyak memang wartawan brengsek, tapi tulisan anda mencerminkan anda adalah calon wartawan yg punya karakter. Bravo.
ReplyDeletewartawan bertempramen tinggi kaya gitu gak patut di contoh ya teman2. pasti dia orang yg tidak berpendidikan makanya cuma jadi wartawan HAHAHAHAHA kasian ya hidupnya pasti dia miskin makanya minta ganti rugi kamera, sini gua beliin 10 elaaaah. harus nya media udah antisipasi dong kalo kamera rusak. harusnya media malu punya wartawan yg memalukan dan tidak punya etika seperti itu, SORRY AJA YA ANAK2 SMU 6 JAKARTA ORANG TAJIR SEMUA. GA BUTUH TERKENAL DARI TAURAN, GAUSAH TAURAN JUGA UDAH EKSIS HAHAHAHAHA
ReplyDeletebokap gue sukses kok, bokap lo gmn? ...... ups bokap lo memeknya baru saja dikiloin lupa gue, sori2
ReplyDeletemungkin wartawan itu contoh manusia gagal. lah sampean yang masih sekolah bercita" menjadi sama kayak 'dia'. disekolahin mahal" buat jadi pintar dan terdidik, malah tawuran dan bolos sekolah.
ReplyDeletemempertaruhkan nyawa demi hal yang ngga berguna.
Bangga banget sama lo pada. Kehidupan blok m emang keras. Kalo gakuat gausah dateng. Ga diundang juga kan. Dan untuk yg bukan warga blok m dan yg tadi ga liat langsung, gausah komentar jelek2. Lo ga tau kan rasanya jadi mereka?. Emang salah dua2nya. Anak2 terlalu emosi. Wartawan juga kurang ajar.
ReplyDeleteGa akan ada api kalo koreknya ga nyamperin.
-no offense.
kita lihat hukum di Indonesia...klo ga salah 351 masih ada kok...santai aja sob and bro...
ReplyDeleteSalam Pembebesan !!! - Guntur PRD
kasian ya alumni smu 70 yg terlalu membanggakan dirinya. sadar ga? bahasa anda itu sudah mencerminkan betapa buruknya alumni sana. ati2 dalam berucap. salah2 bisa blunder dan mumbuat almamater anda jadi tambah buruk di mata masyarakat.
ReplyDeleteYA GIMANA NAMANYA LAGI RICUH, anda tau gak kalo wartawan itu emang nyolotin dan gak tau tempat gimanapun jg ada salah si wartawan berperan disini. kita gak bisa sepenuhnya nyalahin sma 6, saya alumni 70 juga nih. dan emang wartawan tuh MENGGANGGU BANGET. smg MASIH PADA BISA OBJEKTIF
ReplyDeletenice share of your opinion and your skill of writing this one... nice try of the 'netral' person to this problem... :salute
ReplyDeleteAnonymous said...
ReplyDeleteBangga banget sama lo pada. Kehidupan blok m emang keras. Kalo gakuat gausah dateng. Ga diundang juga kan. Dan untuk yg bukan warga blok m dan yg tadi ga liat langsung, gausah komentar jelek2. Lo ga tau kan rasanya jadi mereka?. Emang salah dua2nya. Anak2 terlalu emosi. Wartawan juga kurang ajar.
Ga akan ada api kalo koreknya ga nyamperin.
-no offense.
^
^
^
^
coba definisikan KEHIDUPAN yang KERAS itu gmn ya??
wah susah yah,masalahnya bisa merembet kemana mana soalnya.gue mau coba berpendapat juga ah,secara gue juga anak sma tahun akhir.menurut gue sih berantem/tawuran dkk itu terjadi ketika 'pride' sebuah sekolah itu 'disenggol'.nah itu tuh,kadang kadang temen temen gue di sma manapun terlalu mengkultuskan sekolah.
ReplyDeleteemang sih boleh kesel,boleh emosi,boleh sumpah srapah kalo udah masalah 'pride' sekolah 'disenggol'.tapi apakah penyelesaiannya harus tawuran ? gak kan.ada kok yang berhasil dengan cara forum,diskusi dan musyawarah.sekian.
Anonymous said...
ReplyDeleteYA GIMANA NAMANYA LAGI RICUH, anda tau gak kalo wartawan itu emang nyolotin dan gak tau tempat gimanapun jg ada salah si wartawan berperan disini. kita gak bisa sepenuhnya nyalahin sma 6, saya alumni 70 juga nih. dan emang wartawan tuh MENGGANGGU BANGET. smg MASIH PADA BISA OBJEKTIF
^
^
^
^
bisa tolong di definisikan arti kata OBJEKTIF dan SUBJEKTIF sob?
i proud of you.
ReplyDeletekenapa wartawan musti manjat manjat ke gedung sekolah ? aku jg pasti ngerasa gak tenang.
Menulis itu juga perlu misi dek. Tahu nggak tulisanmu memang bagus tapi misinya apa? Sekadar menulis curhat, pembelaan? Budaya tawuran nggak akan berhenti di SMA kalian. Coba tulis satu artikel lagi, yang 'misinya' bagaimana biar budaya tawuran berakhir mumpung momennya pas. Kalau sampai tulisanmu bisa membuat budaya tawuran berhenti, kamu layak langsung jadi wartawan.
ReplyDeletegausah bawa2 orang tua lho...dosaaa.... jadi wartawan itu pekerjaan yang berat.coba kamu yang ngatain wartawan......apa km bisa lebih sukses dari dia?
ReplyDeletePuyeng liat comment nya. Ada yg provokasi pulak. Kasihan yang bikin artikel kalo yang komen kayak begitu.
ReplyDeleteKalau dilihat dari saya sebagai pembaca, permasalahannya berawal dari wartawannya itu sendiri. Meskipun dia dilindungi oleh UU Pers tetapi, mereka lupa mengenai etika pers yang salah satu ayatnya mencantumkan tidak untuk memaksa narasumbernya. Kalau api sudah tersulut, terbakarlah semua. Akhirnya panas juga pihak SMA 6. Mohon untuk kawan-kawan pers, yang merasa dirnya benar-beran seorang jurnalis, junung tinggi etika pers. Jangan hanya mau keuntungannya saja sebagai pers.
ReplyDeleteBBtw good luck buat kelas XII semoga hal ini ga ngasih efek terlalu lama buat UN sama SNMPTN kalin semua :))
bringas bringas aj..SMA 6 & SMA 70 emg sring tawuran karna prilaku mreka yg udh liar dan g bs d atur lg.anak SMA skrg udh g puny etika, bgtu jg wartawannya...sama aj smw..
ReplyDeletemenurut saya sih tulisan ini ngga objektif, kan anda anak SMA 6.mana mungkin ngga belain kawan anda yang sekarang lagi kabur (baca:abis maki2 di twitter,eh skrg ilang).diliat dari kacamata manapun tetap kawan anda yang salah.
ReplyDeletenitip salam ya buat kawan2 sma 6,bilangin ud bukan jamannya budaya tawuran.
gue gak bela dua2 nya...karena ini salah dua2 nya... so......gausah saling membelaa boleh membela tapi jaga omongan loh.
ReplyDeletesulutan api dibumi mahakam.. judul yg keren tapi cenderung subyektif dan pride yg berlebihan coz menempatkan SMA 6 sebagai korban.
ReplyDeletePadahal publik melihat dengan jelas, SMA 6 salah satu pelaku tawuran dan pelaku perampasan kamera wartawan, itu kriminal apapun alasannya...
di twitter dengan bangga mengakui puas memukul wartawan, bangga coz guru dan polisi mendukung..menunjukkan kebodohan yg sangat. belajar yg rajin, skrg ini pelajar yg tawuran itu cuma sampah masyarakat, boy.
saya bukan wartawan, sy masyarakat yg resah sama anak2 muda yg punya mental bobrok.
saran gue sama penulis : lebih baik sadarkan tmn2 ente untuk tidak tawuran dan jadi sampah masyarakat.
disini gw liat ego wartawannya gede banget ya? gw pikir mereka akan lebih wise, gw ga nyangka mereka ngerubung depan sekolah padahal udah diomongin, mau nyari apa lagi emang? mau sekolah lagi? dapet ilmu lagi? sabih sih, biar ga kayak anak SMA nyelesainnya dewasa. itu juga anak SMA hari gini kampungan banget sih masih tawuran? labil sih labil, tapi apa yang mau dibanggain sih dari tawuran? man pride lo? itusih ngerendahin diri lo sendiri sih iya! terpelajar tapi kelakuan barbar, ngaku gaul kelakuan alay, tanggung jawab sana sendiri sama temen-temen lo, ga usah bawa2 sekolah, ngerepotin orang!
ReplyDeleteSMAN 6 Mahakam adalah sekolah saya. tempat saya meraih pendidikan.
ReplyDelete^
^
^
^
ini sama kayak prinsip, "salah ga salah...ini tetap negara saya, tempat saya lahir dan saya akan tetap membela negara saya walaupun segelintir orang berbuat salah atas nama negara saya...saya tetap berhak mendapat perlindungan di negara dimana saya lahir, tinggal dan mencari nafkah.."
dan aku mengerti itu dek... biar jelek dan bobroknya kek gimana, itu tetep sekolah kamu..
tapi sebaiknya untuk arah yang lebih baik, bersama-sama mulai dari generasi kamu, kegiatan tawur tawuran itu dihilangkan saja,, agar menjadi sekolah yang lebih baik dan wartawan juga ga akan cari-cari berita tawuran ke sekolah kamu.jadi kalian bisa tenang belajar..
sukses buat sekolahmu ya... maju terus generasi Indonesia ^^
Kalo gue bilang ya itu mah kesadaran masing2 aja. sebenernya wartawannya juga harus mikirin privasi suatu sekolah lah. ga seharusnya dia seenaknya ngotorin sekolah yg bukan punya dia. emang cat murah dikotorin gitu aja-__-
ReplyDeletedan kalaupun tawuran yaah itumah emang udah daridulu ga akan hilang. udah turun temurun dari jaman emak bapak gua juga udah ada kali. itu mah kesadaran masing2 aja.
tapi ada baiknya kita sesama anak SMA. saling Selow aja. Solidaritas aja lah supaya enak.
from: anak sman yang ada di cidodol..
dari jaman gw SMA 12 tahun yg lalu emg anak SMA 6 doyan tawuran. emg sma bobrok. pantesan temen2 gw yg kuliah di UI, ITB, UGM gak ada tuh yg dari lulusan SMA 6. berapa banyak sih anak 6 yg masuk PTN negeri??? kerjaan nya aja tawuran melulu.
ReplyDeletekesian ngeliatnya. udah bubarin aja lah sekolahnya. gak mutu juga. SMA 6 sma buangan yg nem2 kecil yg GAK diterima dimana2. percaya deh
Tulisan yg bagus, yang namanya pendapat tidak ada yg bisa disalahkan,itu hak individu. Saling belajar terima pendapat dengan "legowo" dan cerdas,hilangkan sikap saling menghakimi
ReplyDeleteUntuk penulis yg katanya udah "illfil" jd wartawan Hate the player not the game :)
Yayy! The Power of Blogger! :D
ReplyDeleteUntuk kasusnya, saya idem saja sama anda. :)
Anonymous said...
ReplyDeletemenurut saya sih tulisan ini ngga objektif, kan anda anak SMA 6.mana mungkin ngga belain kawan anda yang sekarang lagi kabur (baca:abis maki2 di twitter,eh skrg ilang)
^
^
^
^
nah tuh... si gilang y namanya?
coba buat yg merasa bernama GILANG anak SMA6 jangan jadi pengecut dong...
anda ngata2in orang bisa.. mau matiin orang bisa... masa begitu doang "hilang"
apa, beraninya cuma keroyokan?
klo sendiri gini, langsung...menciut?
hikikikikikik
Tawuran itu udah jelas2 salah... Tp kalo wartawan/media dgn berbekal UUD pers kelakuannya udah kayak Tuhan.. Memprovokasi demi berita. Bad news is good news...
ReplyDelete"betapa sulitnya menjalankan diplomasi ketika emosi mengambil alih segalanya."
ReplyDeleteCoba ngomong seperti ini di depan teman-teman kamu yang sok jagoan itu.
Jangan dikira dengan kekerasan bisa menyelesaikan masalah.
Ingat, segerombolan teman-teman kamu yang ikut keluar "membela harga diri" sekolah itu bahkan nggak peduli dengan masa depan & citra sekolahnya di kemudian hari!!!
See?
Jadi jangan coba-coba membela mereka karena itu jelas nggak masuk akal.
Saya percaya kamu baik,
tetapi ketika kamu berusaha framing lewat opini ini seolah2 masalah tawuran harus dikesampingkan, kamu nggak ada bedanya dengan mereka.
Sebagai calon jurnalis kamu harus punya daya analitis dan berpihak pada publik.
Publik mana yang bangga melihat generasi muda bangsanya LIAR dan KASAR seperti ini??
Cuma sekelompok orang dungu yang dulunya menjunjung tinggi senioritas aja yang berkoar-koar kalo tawuran itu halal, karena mereka juga dulu korban kekerasan seniornya.
Mengutip kata-kata Marcos, "Kata adalah senjata." Senjata jurnalis untuk menyelesaikan masalah adalah jurnalistik. Jurnalis berdemokrasi dengan jurnalistik. Ketika para wartawan berdemo dan akhirnya ricuh dengan..maafkan saya, anak SMA? Apa saya tak salah baca? Saya kira Anda sekalian akan menyerang para pejabat korup yang tak becus mengurus negeri.
ReplyDeleteSungguh, Anda patut menjadi bahan celaan dan tertawaan seluruh negeri.
Tak layak disebut jurnalis, Anda adalah preman yang disebut kuli tinta. Tak lebih. Undang-undang malu memanteli Anda.
saya yakin tidak semua murid SMA Mahakam ikut tawuran. dan tidak sepantasnya sang wartawan begitu merendahkan sebuah lembaga pendidikan. Tanpa pendidikan sang wartawan belum tentu jadi seorang wartawan.
ReplyDeletetulisannya bagus, sebenarnya mas Indras yg layak jadi wartawan. berani berkata kedua pihak salah.
Bad news is good news...
ReplyDelete^
^
^
Pepatah ini, menurut saya, salah. Bad news is Bad News. Yang ada berita bagus itu apa yang ingin pembaca/penonton baca/tonton. Dan masalahnya, sebagian besar orang suka dengan "bad news".
*pernah ikut pelatihan jurnalisme
Klo udah bicara tentang hak emang terkadang siapa pun bisa jadi keras kepala untuk mempertahankannya..
ReplyDeleteBahkan terkadang seperti yang anda bilang :MELUPAKAN KEWAJIBAN UTAMA dan ETIKA:
pffft SERIUS TAWURAN TRADISI TURUN TEMURUN GA BAKAL ILANG? PANTES NI NEGARA GA MAJU ADA ORANG MACAM LO NGOMONG KEK GINI! BEGO YA? tolong dong anak SMA! jangan bego otaknya, dipake!! udah gede tawuran dijadiin tradisi!! situ hidup jangan dibuat susah lah, kalo mau mati jangan ajak-ajak temen, mati sendiri aja sana depan kamera upload ke youtube (itu juga orang ga ada yang simpati) tawuran tu sama aja lo mabok nyetir mobil nabrak temen-temen lo yang mati!
ReplyDeletekakak saya alumni sma 6 dia baru lulus ya jadi satu angkatan diatas gitu.. orang tua saya sering dipanggil karna kakak ikut genk apa gitu gak tau namanya.. namanya.. adadeh cewek anak cheers sekolah dibandung skrng hehe.. oh iya btw cara nulis kakak bagus, kayak jurnalis gitu. lanjutkan bakat kakak banggakan sma 6. alasan kakak masuk akal, bagus. jadikanlah nama sma 6 terkenal bukan karna keburukannya saja jadikanlah nma sma 6 bagus karna prestasinya, buat prestasi ya kak di sma 6, ikut lomba apa gitu yang berhubungan sama jurnalis congrats :)) msksd
ReplyDeleteApapun masalahanya, tulisannya top dech... !!!
ReplyDeleteKadang saya heran sama wartawan, kenapa wartawan meliput dengan sedemikian nggoyo ya? Banyak contohnya, oh ya wartawan kan watch dog ya!!
Terus hari gini masih aja yang main anarkis, tonjok-tonjokan... jiahhh... (sampai kapanpun juga bakal ada mas dab.. eh..) pada kurang kerjaan kali ya.. terus pada kebanyakan uang jadinya gtu.... hafuuu... aww ahh....
Sayang ngubur mimpi hanya krn kejadian hari ini. Tawuran ga pernah baik, dan wartawan itu byk karakternya wartawan kompor, wartawan bayaran, wartawan preman, ada jg wartawan yg punya integritas. Apapun cita cita yg ini dicapai menjadi pribadi yg mulia itu lebih penting apapun profesinya. Salam
ReplyDeleteuntuk wartawan: bersikaplah jadi orang dewasa yang sudah diajara tata krama
ReplyDeleteuntuk anak SMA: harga diri lo ga akan kemana-mana kalau kalian ga tawuran
kami membela sekolah kami. kenyamanan dan keamanan kami dinganggu oleh seonggok wartawan yang menjaga "harga diri"
ReplyDeletesetuju banget sob! walaupun saya bukan anak 6 tp saya ngedukung ini sekolah! krn daridulu emang banyak pihak yang mau ngejatuhin sekolah ini :)
.udah besar" kok pada bertengkar, lebih baik traktir"an yooohhhh :P
ReplyDelete*netral*
Siapapun owner blog ini, saya menghargai anda disini bertindak seakan2 menjadipihak netral. Tidak memilih sekolah anda atau memilih wartawan. Tp kesimpulan yg saya ambil dari tulisan anda, anda cukup munafik, ketika masalah ini sudah besar, ketika masalah ini sudah rumit, anda seakan2 meminta hak. Wartawan mempunyai hak untuk mendapatkan berita, toh dia bekerja untuk mencari berita. Dan anda Dan teman2 anda seorang pelajar. Buat apa tauran? Bahkan anda menulis, ketika wartawan menyorot, org2 yg merasa dirinya terancam tersulut emosi. Terancam kenapa? Krn ketawan tauran Dan takut dikeluarkan? Itu resiko! Resiko tauran adalah mati Dan keluar dari sekolah! Dan apa hak teman2 anda mengeroyok Dan mangambil kaset? Kalo memang kalian pelajar! Kalian mengerti tutur kata yg baik, Dan Cara bertindak sopan. Saya juga menyayangkan dengan tindak perilaku yg dilakukan wartawan,tp itu adalah efek dari perbuatan kalian! Kalo seandainya kalian berbicara baik2 kalo seandainya kalian tdk melakukan tindak kriminal duluan dgn wartawan, tdk akan terjadi pemukulan dgn teman kalian. Ini Sama halnya ketika tmn kalian dipukul dihajar dihabisi, kalian seangkatan akan berontak Dan mencari siapa yg melakukan penganiyayaan tsb, itu juga yg dilakukan pihak wartawan untuk membela solidaritas sesama wartawan. Jika kalian ingin merasa nyaman Dan tidak terganggu oleh pihak wartawan, si pelaku kejahatan bisa menunjukan dirinya. Krn ini masalah dia, Dan jgn sampai yg tidak bersangkutan kebawa. Tidak gentle sekali tmn anda yg melakukan pengeroyokan. Cuma berani belindung di bawah atap SMA 6 guru2 Dan kawannya. Ini masalah dia, tanggung jawab atas perbuatannya. Dan saran dari saya kalo memang berengsek, berengsek saja, tidak usah seolah2 menutupi kebobrokan.
ReplyDeletePlease guys......make peace lah. Jangan saling menyalahkan & jangan diperpanjang. Kita jangan menutup pintu introspeksi diri. Masih banyak permasalahan bangsa ini yg butuh uluran tangan kita. Smoga kjadian seperti ini bs membuat kita lebih bijak shg di masa mendatang kita bs menghindarinya. Peace.
ReplyDeleteAku gak tau banyak ttg kasus ini, tapi dari tulisan ini sedikit banyak tau gimana peristiwanya.
ReplyDeleteMudah-mudahan cepet selesai masalahnya ya.......
saya sebagai salah satu alumni sma 6 tentu saja merasa prihatin atas kejadian ini, mengapa ada orang2 yang meminta keadilan namun mereka sendiri bertindak beringas seperti itu? dan yang menurut saya yang perlu digarisbawahi adalah tidak semua anak sma 6 ikut tawuran dan sekolah juga tidak pernah mengajarkan semua itu jadi SALAH jika para wartawan justru menghakimi sekolah. menurut saya jika wartawan ingin meminta keadilan, wartawan cukup menyelesaikannya dengan orang terkait yg sudah jelas bersalah bukan kepada seluruh SMA 6 karena banyak anak juga yg tidak mengetahui apa2.
ReplyDeleteudah deh selesain di Polres. Tapi jangan bawa nama babe lu ya. Tadi ada yang koar-koar depan polisi, ayo tangkap saya kalau berani, bapak saya jendral.
ReplyDeletebobrok mah bobrok aja.g usah mengkambinghitamkan sesuatu.yg berbuat dluan kn anda (SMA 6), kamera yg d rampas untuk menutupi kebobrokan SMA anda kn??mencari pembenaran itu mudah, mrasa dirinya bersalah hampir g ad d indonesia.budaya malu udh luntur. dengan bangganya d twitter mrasa puas mukul wartawan,g ad malu2nya sama skali yah..
ReplyDeletebayangkan klo wartawan itu org tua anda yg mencari nafkah.sdgkn anak2 SMA ini yg ngakunya berpendidikan, cm bs mngukir prestasi adu fisik aj.
budaya malu d SMA udh g ada....
saya sangat mendukung bila ada kejuaraan adu fisik cabang olahraga tawuran untuk SEKOLAH MENENGAH ATAS 6 (SMA 6)..pasti skolah kalian menang....
Hari gini masih aja opini..
ReplyDeleteSama aja lo kayak politikus negara..
Bisanya adu opini..
FAKTA bung..
Belajar lebih giat lagi yakh
ayolah sama-sama dewasa
ReplyDeletewhat a great word.
ReplyDeletei read word for word, that's an amazing melody of journalism.
no wonder you want to be a journalist.
:)
just say bye for them who adversary and bark at you.
:)
"kalian semua sudah melihat apa yang terdapat pada TV.
ReplyDeleteada beberapa hal di TV yang tidak dikonfirmasikan atau diinformasikan. sehingga jatuhnya seperti menjelekkan nama sekolah saya."
Dengan tawuran aja nama sekolah lo udah jelek.. ditambah lagi perampasan kamera yg merupakan awal dari kericuhan ini.. jadi ya akui lah !! banyak kok sekolah yg lebih bagus dari sekolah lo dan gak tawuran.. nah kalo kaya gitu gak bakal nama sekolahnya tercemar !! ya sekarang mending perbaiki aja diri masing2.. gak usah saling membela.. klo emang lo dan teman2 sekolah lo bisa memperbaiki diri, pasti gak bakal ada lagi yg namanya tawuran dan ricuh.. yg ada berita berita baik tentang prestasi sekolah lo... semangat!
hahaha udah terkenal sekarang kebobrokan sekolah ente,emang di sekolah di ajarin tawuran sm guru2nya,kalo udah bejat bejat aja,sekolah ente tauran bukan satu kali ini aja..udah puluhan kali..,tawuranya keroyokan mental banci,untung lu hidup jaaman skrg,kl jaman dulu jadi anjing belanda penghianat bangsa,sampah masyarakat,,bertobatlahh jadi org baik2 jgn bermental binatang!!!!
ReplyDeletegue yakin kalo sekolah lu digituin sama wartawan lu juga pasti bela sekolah lu, buat yang ngomong bijak2 di atas lu jgn sok2 ngomong bacot doang kalau lu gak merasakan dan melihat kejadian sebenarnya,
ReplyDelete"byk pihak yg mo ngejatohin sekolah ini"??? aduuh yg comment pendek akal bngt deh.pasti ABABIL..yg ngejatohin skolahnya sndiri ya anak2nya lah.ngapain jg pake tauran sgala.kyknya tiap taun tauran trus deh...
ReplyDeleteg ush cr2 kambing hitam lah.benahi dl prilaku anak2 SMA 6.bljr lah dr SMA 61,yg dl skolahnya sprti kalian kini mnjd skolah unggulan dgn siswa2 berprestasi *gw bkn anak 61 loh...:)
TSnya dongo
ReplyDeleteYang di atas komen pake Anonymous trus nyerang si indras dan anak2 SMA 6 dan 70 maupun para wartawan bagi gw sama aja kayak anak SMA yang suka tawuran, sama wartawan yang kesulut emosi sampe2 kayak gak punya etika. Kalo berani tunjukkin diri lo. Buat sesuatu yang nyata. Kayak si indras ini yang gw akuin tulisannya keren. Ada sisi lain dari cerita ini yang gak bakal ada di media2. Seharian ini gw cuma disuguhin berita2 dari sudut pandang wartawan doang. Kagak ada yang dari sudut pandang anak SMA. SAlut buat indras. Keep up the goodwork.
ReplyDeleteKata2nya bagus namun sdikit subjektif namun wajar krn mang penulis adalah siswa sman6..
ReplyDeleteInti permasalahnya kan tawuran trus wartawan yg dipukul dirampas kasetnya...
Knapa tdk langsung diselesaikan... ?? Hal kyk gini yg buat masalah jd panjang..
Dalm hal ini saya menyalahkan pihak sekolah kenap masih membiarkan tawuran terus menerus (berdasarkan berita yg saya dapat sma6 termasuk yg "rajin" tawurannya..) Dan knapa wartawan yg dipukul tsbut tdk langsung dinegosiasikan ... Dan klo memang wrtawan tsbut nakal ya laporkan saja ke dwan pers ato kmu tulis ke blog sesuai fakta yg terjadi... Skarang jamanya informasi kitaa bisa menuliskan apa yg terjd di skitar kita dgn gampang.
Dan sayang sekali Pihak skolah lambat dlm menanganin hal ini..
Sekali lg saya harapkan bisa selesai urusannya.. :)
Dan untk adek2 ku siswa siswi manapun u apa lah kalian pada tawuran Jaln kalian masih panjang masih banyak lg hal2 positip yg bisa dikerjakan..
:)
terus pihak sekolah lo ada tanggung jawab gak ke wartawan yang dipukulin?
ReplyDeletetau kejadian awal mulanya gak pas lu d dalem dan ebberapa rekan-rekan lo itu mukulin wartawan yang saat itu cuma berlima tapi ngelawan 40 orang lebih?!
ebuset anak lulusan s1 berantem sama anak sma , ntu yang kuliah sampe s1 otaknya dipake gak ya
ReplyDeletejujur, gue gak ngerti yang diomongin sama comment2 diatas apaan, soalnya gue masih SMP juga. Tapi yang jelas, tulisannya emang bagus banget... Salut lah kak, buat yang nulis ini :)
ReplyDeleteimage SMA 6 udh jlek bgt d mata masyarakat loh.hrsny kalian berpikir utk memperbaikinya bkn mlh mrusaknya.....
ReplyDeletemudah2an org tua yg mau masukin anaknya k skolah ini berpikir 1000x.klo anakny g mo mati konyol atau prilaku preman atau bersikap pengecut...
org tua yg anaknya skolah d sni, yg emg udh kpepet x yah.atau yg anakny udh g d trima d skolah2 yg lain alias BUANGAN!!
Your writing here is a solid proof that even trying to be neutral can still stir up controversy. Keep ur head cool, hang in there!
ReplyDeleteANAK INGUSAN MAU SOK TAWURAN??? BELAJAR YANG BENER!!! JANGAN NGAREPIN DUIT DARI ORTU LO DOANG!!! MAU SOK JADI PREMAN YA?? KALO BERANI SATU LAWAN SATU JANGAN KEROYOKAN!! DASAR BANCI LO!!! NOH NONGKRONG DI TAMAN LAWANG SEKALIAN JUAL DIRI!!! DASAR BENCONG LO!!!
ReplyDeleteNah, indras, I’m quoting you here.
ReplyDelete“Bagaimana dengan hak kami yang sesungguhnya tidak sedikitpun terlibat tawuran tapi namanya ikut tercemar karena berita yang tidak aktual?”
Lah, bukannya kalian tawuran juga “bawa” nama sekolah? Walaupun bukan “utusan resmi” dari sekolah, tapi para penawur itu kan memakai alasan “solidaritas atas sekolah” dan sejenisnya, bukan? Kok, kalau kena masalah gini aja, terus lepas tangan?
“Sumber yang saya percayai tentu saja guru guru dan teman teman saya yang sudah saya kenal selama 2 tahun lebih saya bersekolah di Mahakam. Punyakah anda alasan untuk tidak mempercayai seseorang yang kalian cintai? :')”
‘Pak Hakim, dia jelas-jelas bersalah, dong! Ketangkap basah nyuri dompet emak saya, juga!’
‘Hei, dia anak saya, sudah 20 tahun saya membesarkan dia. Kalau dia bilang tidak, ya, tidak. Punyakah saya alasan untuk tidak mempercayai seseorang yang saya cintai?’
“Tolong kesampingkan masalah tawuran dan masalah ini -__-”
Keknya ngga mungkin bisa, deh, bedain masalah tawuran sama masalah ini. Seperti analogi api di atas, tawurannya itu api dan masalah ini asapnya. Untuk menyelesaikan masalah ‘asap’, harus menyelesaikan masalah ‘api’ dulu.
“Anda saya persilakan menyalahkan orang orang yang tawuran itu, karena pada dasarnya tawuran tidak dilakukan oleh sekolah saya saja. Paling tidak harus ada 2 sekolah yg terlibat dalam tawuran dan anda hanya menyalahkan sekolah saya? Sungguh tidak bijak.”
Yah, karena pihak kalian yang merampas kaset-kaset wartawan. Saya yakin kalau pihak SMA 70 juga melakukan hal yang serupa, siswa-siswa SMA 70 juga akan disamperin wartawan.
Oh, seperti yang sudah dibilang di atas, mungkin kalau ada tulisan seperti ini dari pihak wartawan kita orang luar bisa mendapat pengertian lebih atas insiden ini.
Kalau mau balas tulisan saya, silakan =)
Sesama anak SMA, mari kita budayakan perdebatan sehat dan berkepala dingin. Kalau mau balasan yang pasti saya baca, mention @SarcastiXDevil
lol at those suggesting indras to be journalists. He (or she, no offence, but I’m not entirely sure) has stated that s/he has lost credibility on said field.
double-fuckin’-lol at those writing in full capitals.
Tulisan yang memuat opininya sangat bagus meski menurut saya masih menonjolkan rasa skeptis terhadap kerja wartawan dalam kasus ini.
ReplyDeletesetelah baca2 disejumlah media ttg kasus ini, dari pihak sekolah patut dipertanyakan juga apa hasil pertemuan yang Indras bilang tiga kali antara si wartawan dengan Kepala Sekolah itu? Ada baiknya juga dikupas kan? atau non Indras yang cantik sudah sangat yakin bisa dipertanggung jawabkan dan percaya dari sumber guru2 atau kepsek yang didapat? Tidak ada salahnya juga menurut saya biar bisa sambil belajar netral atau cover both side seperti yang para wartawan itu gembar-gemborkan. Sayangnya disini ngga dikupas. KArena saya baca dibbrp media dan sebagian dari mereka mengaku tidak dapat mengkonfirmasi atau tanggapan dari pihak sekolah yang berkepentingan dalam kasus ini. Karena menurut saya rasanya sah saja jika wartawan terus menggelar aksi protes jika dari pihak sekolah tidak mau tahu soal kasus perampasan atau tidak mau menindak lanjuti untuk mencapai kesepakatan damai.
Bicara tentang kerja Oktaviardi pun saya rasa tidak patut dipersalahkan, saat Indras melihat Oktaviardi mengambil gambar di gerbang SMA 6 apakah anda tahu "misalnya" dia juga telah mengambil gambar gerbang SMA 70 lebih dulu? Dan apakah anda sudah pasti yakin bagaimana stasiun TV tempat Oktaviardi bekerja akan mengemas berita tersebut seperti apa? Dan menurut saya kekurangan dalam opini ini hanya menuliskan UU mengenai pekerjaan yang melindungi wartawan, tapi bukankah juga ada yang menyebutkan misalnya ada pihak yang merasa tidak faktual dalam pemberitaan bisa mengajukan keberatan kepada Dewan Pers?
Saya rasa Non Indras tidak perlu langsung merasa skeptis dengan profesi wartawan apalagi tulisan anda sangat bagus [serius].Toh bung Oktaviardi tidak akan mengambil gambar jika tidak ada peristiwa yang terjadi sebelumnya, karena menurut saya peristiwa tersebut patut diberitakan, apalagi yang terlibat dari siswa sekolah2 unggulan yang saya rasa masyarakat pun sudah gerah dengan kejadian yang kerap terjadi di antara dua tetangga.
Mungkin keduanya salah seperti yang Non Indras bilang, tapi saya juga percaya seperti seorang komentator diatas bilang bahwa Api tidak akan pernah ada jika tidak ada yang menyulut.
Salam damai selalu. :D
sama seperti tidak semua anak SMA tawuran, begitu juga wartawan, tidak semuanya bersikap profesional..
ReplyDeleteapalagi pembaca, ga semuanya berkepala dingin ngasih komentar
tulisan ini memberikan opini dari satu pihak, dan menurut saya cukup bagus, jadi tidak usah diungkit hal yang keluar dari isu utamanya
belakangan banyak cerita yang memprotes cara wartawan mencari berita dan meliput berita, termasuk infotainment (entah itu berita atau bukan), mungkin yang komentar d atas mau menulis tulisan lain untuk masalah itu, minimal opini dari sisi wartawan untuk masalah ini?
wah, sangat miris sekali kayaknya.
ReplyDeleteane bela wartawan, karena memang itu tugasnya :)
kumpulan lowongan kerja http://www.parkir.in/
sebenernya klo dilihat masalah ini salah keduanya ketika etika profesi berbicara di situ lah para tim pencari berita bekerja tapi sampai sejauh manakah etika itu?? di sisi lain sebenarnya sebagai intuisi atau lembaga pendidikan seperti itu bisa memberi contoh kepada semua apa betul tindakan orang yg berpendidikan seperti itu?? maaf klo saya sok tau karena saya yakin yang di sini merupakan orang yg berpendidikan semua dan gak akan melakukan hal bodoh seperti itu
ReplyDeleteSebaiknya yang terlibat mengaku dengan Jantan... jangan cuma berani kandang koar-koar di kandang sendiri, tapi giliran ditanya bungkam seribu bahasa. Berani berbuat berani tanggung akibat.
ReplyDeletesori ya tapi apaan ya bagus sih tulisan kaya gini? apaan yang obyektif? ngeliat dari satu sudut, memojokkan satu pihak... kalo lo mo bela satu pihak (misalnya sekolah lo), ya gak gitu nulisnya... kuliah dulu boy, belajar yg banyak, baru nulis... pede bgt...
ReplyDeletedan gw juga yakin, kalo yg muji ya pendidikannya gak beda jauh sama yg nulis... Sori kalo ada yg bilang ni anak pantes jadi wartawan. menurut gw sifat kritisnya blm pantes ngebuat dia jadi wartawan.... gak kritis sama sekali....
jadi ya emg pantes cuma masuk di blog... bukan di berita...
Hey ndras, saya juga setuju mengatakan kedua pihak adalah bersalah dalam kasus ini,
ReplyDeletetetapi kadang saya merasa mereka hanyalah boneka lucu yang sedang asyik dimainkan oleh si barbar penyulut api kekacauan. Hahaha
Oh ya, si barbar itu sepertinya sedang tertawa lepas disana sambil bergerak beberapa langkah lagi menuju impiannya. Bolehkah aku, kamu, dan kita menghentikan langkahnya? Bisakah?
Untuk mereka yang menjadi pemain utama
Maafkan imaji saya ini bila tepat sasaran.
Saya yang juga pernah merasakan duduk di bangku sma mengerti betul bagaimana perasaan ketidaknyamanan siswa jika sekolahnya 'didatangi' oleh para wartawan apalagi wartawan tersebut mengambil gambar dari atap sekolah. (Kenapa tidak sekalian ambil gambar dari tiang listrik atau dari pohon kelapa?)
ReplyDeleteTetapi bisa kamu jelaskan kembali mengapa sekolah kamu dengan sma 70 terlibat tawuran? Apakah menyelesaikan suatu masalah harus dengan tawuran??
Well sama seperti another comment tulisan kamu memang patut diacungkan jempol. Tetapi kalau seorang blogger juga ikutan tawuran..That is totally ain't cool. Setidaknya kamu harus memberikan contoh yang baik, bukan?
Satu hal yang saya pertanyakan lagi, mengapa kaset wartawan dirampas?? Keadaan saat itu jika bisa dijelaskan secara mendetail nampaknya akan lebih baik. (sehingga tidak terjadi salah paham)
Trims.
Honey, call me when you grown up, and we will talk about this over coffee..
ReplyDeleteanyway, these writing is superb! very emotional and 'well written'
"mengotori" "harga diri" "anak anakku"
well,i assume that you were, begginer short story writer, hah?
lets apply one of your script to sinemart, that would be sesuatu banget.
good luck!
gaya tulisanmu bagus. seandainya teman-teman kamu lebih memilih mengekspresikan gejolaknya melalui tulisan dan bukannya dengan kekerasan. jangan bosan berkarya yaa. :)
ReplyDeletesaya sudah seringkali mendapatkan anak SMA mencibir cara kerja wartawan. Tapi ketika mereka mencoba untuk menjalani profesi wartawan... hanya 1 dari 10 anak SMA yang bertahan bisa menjalani profesi mencari berita .. yg 9 pergi tanpa pamit! dan bahkan engga berani menulis lagi!
ReplyDeleteAlur cerita yg urut dan luar biasa untuk anak SMA, terus disuarakan supaya ada konter opini dari serangan media. Bukan berarti anak SMA 6 benar lho...tetap saja kekerasan adalah kesalahan, tapi setidaknya cerita bisa berimbang dan runut.
ReplyDeleteMengutip sepenggal kalimat dari sebuah film:
ReplyDelete"JADI INI SALAH GUE? SALAH TEMEN2 GUE?!"
Ya. Ini salah lo & temen2 lo. (berlaku untuk para wartawan & anak SMU)
Ijinkan saya untuk mengucapkan SELAMAT kepada ananda GILANG, pasti sekarang lagi panik dan nangis2x ama ortu minta dicariin pengacara supaya kagak masuk penjara.. Gw doain supaya cpt masuk penjara biar disodomi keroyokan wkwkwkwkw... Keep your ass clean... Sweet dreams GILANG.. Am waiting for you hunny bunny....
ReplyDeleteSISWA & WARTAWAN SAMA2 SALAH DUA2NYA KAMPRET
ReplyDeletegw cuman mau bilang..
ReplyDeletebwt wartawan, be a gentle bro, jgn cuman bisa berlindung di ketiak Undang-Undang, jgn sampe ada lagi "rules" 1.wartawan selalu benar, 2.dan jika salah kembali ke point 1.
bwt pihak sekolah.
bisa kali lah yah cari tau siapa dalang yg ikutan tawuran jum'at kemaren, jgn karna dia anak didik trus sekolah lo bsa melindungi, cari "otak" pertemukan sama wartawan yg bermasalah klo perlu bawa ke pihak yg berwajib inget kejadian kemaren DILUAR jam pelajaran, jadi jgn dilindungi biar mereka bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya. setau gw sekolah punya aturan juga soal itu klo kejadian diluar jam sekolah ga mau ikut campur bener toh?
u/ ke dua belah pihak.
MASALAH PRIBADI JGN DIBAWA2 ke Masalah PROFESI.!! klo gw lihat ini cuman masalah pribadi "korban" tawuran, eh kok malah jadi ke masalah Golongan. pasti si "korban" tawuran punya otak dong bwt nginet siapa2 aja yg kemaren ngerampas.
apa"an itu anak SMA sok jagoan, militer saja tidak bisa mengganggu kerja wartawan kok..
ReplyDelete^
^
^
Apa perlu hak2 wartawan dikebiri seperti jaman soeharto lg? Ga profesional sekali sih wartawan di indonesia.
jangan liat masalah cuma dari satu arah aja,
ReplyDeletesemua punya porsi salah masing-masing dari pihak wartawan atopun siswa SMA 6 :D
oiya , tulisannya bagus tuh :) terus berkarya
Bagus tulisannya. Indras, ajak kawan2mu untuk tetap serius belajar. Kalian harapan negeri ini. Untuk musibah ini, jdkan sebagai peringatan,mdh2an oknum2 murid disekolahmu yg membuat jelek sekolah itu bs berpikir lbh jernih untuk tdk tawuran lg. Sekolahmu bagus dek, disamping tradisi itu,sekolahmu ttp menjadi sklh favorit. Tetap belajar dgn giat. Buat bangga negrimu. Harapan negri ini ada di tanganmu dan kawan2. :)
ReplyDeleteWartawan, anda semua adalah pencari berita. Saya pun ketika sekolah sangat ingin menjadi wartawan. Melihat deasy anwar, sampai ke Najwa sihab. Bima marzuki yg hampir tenggelam. Sungguh pekerjaan yg memerlukan keberanian. Mdh2an wartawan bs bekerja lbh arif lg, tdk berkata yg tdk enak ditelinga ketika mewawancara, ttp bertutur kata yg baik. Sungguh wartawan akan semakin bagus namanya.
Salam damai. Putri. Guru SD.
TAWURAN TETEP AJA AIB!!
ReplyDeleteNAPA NGRAMPAS SEGALA?
coward...!
Setan sering berkata, "selalu akan ada pembenaran dari setiap kesalahan"
Salahnya juga wartawan kenapa terlalu serius ngeladenin anak SMA yg masih labil pikirannya dan masih bergejolak polanya. jadinya ga ketemu ujungnya. udah gtu bawa rombongan hahaha makin makin cuma bisa bikin ketawa gua!
ReplyDeletesesama anak sma kelas 12 gue comment ya :)
ReplyDeletemedia emang gak punya etika, media emang jahat, tapi ya mau gimana lagi itu gak ngelanggar hak mereka untuk melakukan hal tersebut (segala hal yang gue baca di berita)
sama2 instropeksi diri aja bro :) harusnya kalian yang di mahakam jangan gampang tersulut emosi... apalagi ama wartawan. bahaya bro.
sekolah gue udah bertahun2 disorot media untungnya gak jadi korban karena kita gak kemakan emosi :) itu tuh yang cowo semua :D
pelajaran aja buat kedepannya ya bro, agar temen2 lo jangan gampang kemakan emosi sama media. cheers bro (y) salam dari kita
dari zaman gw sma sampe sekarang, MANA ADA YANG BENER LO PUNYA SEKOLAH... kerjaan TAWURAN mulu!!! dasar generasi ALAY!!
ReplyDeletegara-gara Retweetnya raditya dika jadi rame di sini hahaha...mayanlah bro ngebonceng popularitas raditya...
ReplyDeletekalo gw bilang ya salah anak 6 banyak gaya hahaha...tolol sih udah tau peliputan dilindungin undang2 (eh tau gak?) eh sok2 jagoan ngambil rekaman.
bagus lo masih di bawah umur (atau veteran karena tololnya?) jadi gak diperkarain, di manapun di dunia ini kalo lo melakukan ini ya pasti ada sanksi hukumnya hehehe...
btw, gak usah sok objektif dah...udah jelas ini tuh ngebelain sekolah lo, kenapa kalo mojokin sekolah lo sendiri? takut gak lulus? takut dihajar di wc?
tapi gak takut kalo lo nulis bias gini trus diapa2in sama perusahaan media kan? karena lo yakin kebebasan berbicara dilindungin undang2...
dan lo yakin kalo orang2 di media lebih profesional dari temen2 lo yang brutal2 dan demen tawuran itu (dan bisa nyikat lo di wc belakang)
trus lo dan anak2 6mahakam laennya sok2an terinjak2...udahlah gak usah sok memisahkan antara kejadian kemudian dengan kejadian terdahulu, karena apa lo mau pisahin? karena emang sekolah lo (selain musuhnya) yang SALAH KAN !!!
Apapun alasannya, kekerasan lawan kekerasan salah. Semua pertikaian dapat diselesaikan dengan damai, camkanlah itu.
ReplyDeleteaneh nih yang komen diatas mengaku wartawan, berarti umurnya sudah bisa dibilang cukup dewasa, otomatis pikirannya sudah lebih dewasa juga. Tetapi cara menyikapi masalahnya masih seperti yang mereka bilang anak SMA labil. awalnya dari tenang, lama-lama terpancing emosi.
ReplyDeleteTenang saja bung, kalo memang ga salah ga harus ngotot, nanti juga terbukti siapa yang salah. Kalo anda bilang anak2 SMA ini yang salah dan anda yang benar nanti pasti terbukti. Biasanya sih pihak yang benar2 bersalah akan memojokkan dan ngotot bahwa dirinya lah yang benar.
Anak SMA di daerah tersebut masih tau kok cara bersopan santun walaupun hobi mereka tawuran. Mereka masih tau cara memperlakukan orang tua (guru,orang lingkungan sekitar,dll) dengan semestinya kalau memang benar orang tua tersebut berlaku sopan. Jangan pikir hanya anak2 saja yang harus sopan, tetapi kalian sebagai wartawan (orang yang lebih tua) juga harus sopan memperlakukan mereka. Mereka masih punya etika dan mereka anak2 SMA juga manusia.
Tindakan yang dilakukan wartawan pasti ada sebabnya, sayangnya pelajar yang masih labil bertndak selalu dengan emosi, dan selalu menunjukkan jati diri (saya sudah beranjak remaja, dewasa) dan tidak ingin disepelekan. Wajar bila ada sekelompok wartawan protes, dikarenakan rekan seprofesi mereka diperlakukan dengan tidak baik pada saat melakukan pekerjaannya. Jika dikembalikan pada diri kalian semua, (memposisikan diri) ada temanmu yang dihajar oleh sekelompok orang dengan alasan yang tidak jelas. Apakah kalian terima begitu saja? . Bersyukur para wartawan hanya melakukan demo dan berorasi lantang. Apalagi maksud dan tujuannya adalah aksi damai. Sayangnya, salah tafsir menjadi satu-satunya penyulut emosi. Misalkan sebagai pelajar berkata, "gue puas bonyokin wartawan" , "Mati aja wartawan" dll , jika Ayah,Kakak (Keluarga kalian) berprofesi sebagai wartawan apakah kalian terima dengan keadaan tersebut?. Saya yakin tidak, bahkan dalam keadaan tersebut dapat merubah naluri manusia menjadi naluri binatang untuk balas dendam.
ReplyDeleteUjung-ujungnya toh nama sekolah kalian yang dapat catatan merah.
Ya semoga kedepan tidak terjadi masalah serupa, paling tidak jangan pernah membanggakan sesuatu yang sifatnya berlebihan dan merugikan. Untuk bertindak sesuatu pikirkanlah efek sampingnya. Thanks.
setuju tindakan perampasan kamera wartawan tentu tidak dapat dibenarkan dan harus ditindak,tetaapi yang agak mengherankan (dengan membaca urutan kejadian diatas) mengapa para wartawan yang notabene adalah orang yang telah matang mental dan pribadinya untuk melakukan pembicaraan dengan sekolah harus mengerahkan sebegitu banyak teman yang akibatnya bisa memprovokasi anak SMA yang mentalnya masih labil...apa bedanya tindakan wartawan wartawan tersebut itu juga seperti tindakan untuk provokasi tawuran dari SMA lain???.
ReplyDeleteSaya jadi berfikir bahwa issue yang ada bahwa ada pihak-pihak yang akan mengambil keuntungan dibalik tawuran-tawuran yang ada di SMA 6 maupun 70 untuk mengubah lahan sekolah menjadi sarana bisnis yang menguntungkan, mengingat daerah tersebut adalah daerah strategis untuk bisnis.
Coba para wartawan investigasi issue tersebut...
Anak SMA di daerah tersebut masih "tau kok cara bersopan santun" walaupun "hobi mereka tawuran". Mereka masih tau cara memperlakukan orang tua (guru,orang lingkungan sekitar,dll) dengan semestinya kalau memang benar orang tua tersebut berlaku sopan. Jangan pikir hanya anak2 saja yang harus sopan, tetapi kalian sebagai wartawan (orang yang lebih tua) juga harus sopan memperlakukan mereka. Mereka masih punya etika dan mereka anak2 SMA juga manusia.
ReplyDelete^
^
^
lo anak 6 yang sok2an ngomong "anak daerah situ" biar anak 70 kena getahnya juga ya?
btw, kok kontradiksi banget ya sopan santun dan tawuran, cukup tau aja sih hahahahay...
lo coba deh jd wartawan. krn wartawan sudah pernah menjadi pelajar.
ReplyDeletePermasalahan tawuran memang tak pernah habis sampai skrg tp bisa berkurang apabila si pelaku tawuran terkena dampak dari tawuran tersebut secara langsung baik dari moril atau materil. Bagi adik2 SMA atau SMU cobalah berpikir dengan jernih dan tidak terbawa nafsu darah muda kalian, kehebatan kalian bisa dibuktikan dengan cara yang lebih baik dan dalam segi yang positif. Ingat pepatah bilang diatas langit masih ada langit. Buat Bung wartawan cobalah untuk berpikir bijaksana dan santun dalam bekerja. Profesi kalian berdasarkan hati nurani yang jernih dan kejujuran sebagai pedoman untuk memberitakan atau mengabarkan kepada khalayak ramai akan sebuah berita yang akan menjadi sebuah patokan atau skala ukuran untuk opini masyarakat luas. Ada pepatah bilang Katakanlah yang walaupun itu pahit akibatnya.
ReplyDeletekedua belah pihak hanya cari pembenaran masing", berusaha difensif lah pasti. Tapi bagaimana pun menyerang wartawan dan menyita kamera ga bisa dijadikan pembenaran.
ReplyDeletedisini sumber masalah adalah karena "kenapa kedua sekolah ini suka banget tawuran??"
keingintahuan ini yang mendorong para wartawan mencari berita, karena jujur gw sebagai masyarakat resah sob, denger sekolah ini tawuran LAGI, LAGI dan LAGI
mungkin kita "orang luar" yang ga tau masalah kalian, tapi kita juga punya hak dimana ketenangan kita terganggu gara" ulah sebagian temen temen lu yang ga bertanggung jawab itu sob!
pihak sekolah pun maksudnya baik melindungi siswanya tapi bukan berarti berusaha menutupi kesalahan (ini sih pendapat gw)
kalian yang masuk 6 dan 70 gw yakin pasti pintar (kecuali pada yang curang pas SMP).
kalo kalian pintar coba deh ulas ulas lagi pelajaran" disekolah. sejarah contohnya dimana bangsa ini berhasil dijajah karena devide et impera (politik pecah belah), kita ini satu bangsa sob! liat deh pemimpin bangsa kita sekarang, muak ga sih liatnya? kalo bukan kalian siapa lagi yang bakal gantiin mereka. dan gw yakin lu masih inget sama pelajaran ipa mengenai hukum kekekalan energi dimana "energi tak bisa dimusnahkan, energi hanya bisa di rubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain" dan soal budaya tawuran kalian anggap ajalah itu energi negatif, so kalian ga bisa memusnahkan itu sob. tapi kalian bisa mengubahnya jadi energi yang lebih positif.
gw harap sih dari kejadian ini harusnya ada hikmah yang lebih baik yang bisa diambil kita semua bahwa tawuran,bentrok, kekerasan itu gak ada untungnya. daripada buat beli obat merah dan perban mending beli es cendol
balik lagi gw sebagai "orang luar" ga punya hak selain "prihatin".
btw tulisan lu bagus sob!!
sekolah yang bener deh lu biar pada sukses :D
sorry saya bukan anak bloger yang mengerti tentang bloger sejauh kalian semua, saya juga bukan seorang yang memiliki akun twitter, jujur saya terlibat dalam aksi kekerasan tersebut saya akui dimata kalian saya salah namun ada hal yang tidak bisa saya jelaskan mengapa saya melakukan hal tersebut, kalian yang tidak ada di lokasi tersebut baiknya jangan menjudge para pelajar sma 6 mahakam maupun kawan kawan wartawan bersalah, karena tanpa kalian sadari kalian hanya memperkeruh suasana yang ada, right ? terlibat kekerasan ? memang suatu hal yang sangat bodoh di mata semua orang, namun jika anda melaksanakannya pastilah anda mendapat alasan mengapa anda melakukan kekerasan tersebut and ofcourse thats only my opinion no attack and thanks :)
ReplyDelete-seseorang yang terlibat dalam tindak kekerasan hari itu...